Ketika kita ingin membeli suatu produk, pertama kali yang kita lihat adalah penampilannya. Bukan isinya. Itulah mengapa seni membuat tampilan menjadi sangat penting. Produk bagus tapi kemasan tidak menarik sangat mungkin akan sulit laku.
Apalagi jika itu adalah produk-produk eksternal yang akan menunjang penampilan dan prestise seseorang seperti pakaian, perhiasan, mobil, rumah,dll. Tampilan akan menjadi faktor utama pertimbangan sebelum membeli.
Contoh : Roti yang pernah saya jual
Menurut salah satu pelanggan saya yang merupakan staff perusahaan maskapai penerbangan bagian logistik menilai roti saya cukup enak dan layak untuk masuk pesawat. Tetapi harus dikemas dengan kemasan yang bagus dan mewah. Karena jika tidak dikemas dengan baik, orang akan menganggap itu roti murahan. Padahal transportasi pesawat adalah moda transportasi elite.
Contoh lagi : Mobil atau motor.
Seringkali produsen mobil atau motor setiap tahun atau bahkan lebih singkat lagi mengubah desain eksterior dan interior untuk menarik minat konsumen, padahal di sisi internal (mesin) seringkali tidak ada perubahan dalam beberapa tahun.
Orang-orang terinspirasi untuk membeli atau memakai sebuah produk seringkali karena melihat orang lain jadi lebih keren, lebih cantik, lebih berwibawa, ketika menggunakan produk itu.
Demikian pula dengan manusia. Kesan pertama diperoleh dari penampilan fisik. Berikutnya barulah perilaku dan kepribadiannya. Meskipun pada hubungan yang lebih serius dan jangka panjang, orang kemudian lebih memperhitungkan faktor perilaku dan kepribadian.
Orang-orang terinspirasi untuk menjalin hubungan yang lebih serius atau mengikuti seseorang selalu karena pesona orang yang diikutinya itu. Ia melihat orang tersebut sebagai sosok yang lebih keren dari dirinya dalam beberapa hal.
Contoh :
Proses masuknya Islam ke Nusantara
Para pedagang muslim dari Timur Tengah yang datang ke Nusantara memperkenalkan sesuatu yang baru dan diangggap sangat menarik bagi penduduk pribumi pada waktu itu.
Dari sisi penampilan, para pedagang muslim itu dianggap sangat keren dengan pakaian yang menutup sebagian besar tubuhnya. Lalu kebiasaan mereka yang sangat menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta perilaku mereka yang ramah, bersahabat, dan sangat adil dan transparan dalam transaksi muamalah, membuat masyarakat pribumi jatuh hati pada mereka.
Selanjutnya orang-orang pribumi mulai bertanya tentang apa yang membuat para pedagang itu bisa hidup tertib dan terlihat keren. Maka mulailah para pedagang itu menerangkan tentang ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi akhlak mulia dalam berhubungan dengan sesama manusia dan sesama makhluk Tuhan.
Dan ketika semakin tertarik lebih jauh, dilanjutkanlah dengan memperkenalkan pokok-pokok ajaran Islam dan syariat-syariatnya yang lain. Singkatnya, orang-orang pribumi jadi pemeluk Islam berawal dari pesona akhlak para pedagang Muslim dari Timur Tengah itu. Bukan karena penaklukan pasukan Islam sebagaimana yang terjadi di belahan bumi yang lain.
Hebatnya lagi, dalam beberapa dekade kemudian telah berdiri kerajaan bercorak Islam di Nusantara yang kemudian berhasil membangun peradaban yang sangat maju dengan pesat.
Semua itu berawal dari kesan baik dari akhlak para pedagang muslim dari Timur Tengah. Islam memang menjadikan akhlak sebagai alat diplomasi dan bahasa universal dalam pergaulan antar manusia.
Islam menjadikan akhlak mulia sebagai tampilan utama dari ajaran Islam yang lain. Ibaratnya seperti kemasan bagi sebuah produk. Manusia pada umumnya akan lebih mudah tertarik dengan keindahan yang bisa dilihat dan dirasakan langsung. Dan ajaran Islam yang bisa langsung dilihat dan dirasakan keindahannya adalah akhlak mulia.
Ini pula yang biasanya dilakukan oleh semua juru dakwah, yaitu mengajarkan Islam dengan tetap menjaga kekaguman atau kebanggaan seseorang pada ajaran Islam yang sangat indah bila dikerjakan dengan benar.
Dalam proses seseorang menjadi memiliki pemahaman radikal pun tak lepas dari pengaruh dari pesona penampilan dan perilaku dari seseorang atau sekelompok orang. Bagaimana itu terjadi ? Nantikan pada tulisan selanjutnya.
(Bersambung)