“Menurut hasil visum ternyata : Tidak ada memar dan bengkak di dada, Jantung dan Paru-paru normal, Perut datar, bekas luka tidak ditemukan, organ dalam abdomen tidak ada pembesaran, Alat kelamin , selaput dara atau hymen intact tidak tampak luka robek atau memar, kulit tidak ada memar, lebam maupun bekas luka, sebelumnya ada kliam bahwa kelamin Audrey dimasuki jari/coba dirusak, namun belakangan diketahui bahwa itu tidak benar, pengakuan korban yang dibenturkan kepalanya ke aspla juga dibantah pelaku”.
Itu adalah potongan dari keterangan yang diberikan oleh akun #justicefora***** di instagram. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Kemendikbud Kemarin (12/4) bahwa hasil visum A (kita panggil Anggrek) menyatakan bahwa penganiyaan terhadap Anggrek tidak seperti yang diberitakan di media. Meski begitu, pemeriksaan terhadap tersangka masih dilakukan oleh pihak kepolisian. Jadi pemberitaan sebelumnya menyatakan bahwa Anggrek dicolok itu gak segitunya .
Pagi kemarin, twitter diramaikan oleh hastag #A*****jugabersalah pasca penemuan akun Anggrek di facebook mengenai komentarnya tentang valentine, Atta Halilintar dan lain-lain. Sebuah akun bernama @ivorycalistaxu pun mengafirmasi bahwa Anggrek mengarang cerita tentang kronologi pemukulan oleh Delima (bukan nama sebenarnya) dan kawan-kawan. Anggrek pernah menghina orang tua pelaku. Anggrek bahkan berkenalan dekat dengan Tulip (bukan nama sebenarnya) dan ditemukan banyak foto bersama antara Tulip dan Anggrek. Geng Delima memang tukang bully dan Anggrek bagian di dalamnya.
Kasus ini berawal dari unggahan Fety Rahmah Wardani yang mengaku sebagai tante dari Anggrek, namun ternyata Fety adalah pengacara Anggrek. Ini menjadi ganjil karena visum dilakukan satu minggu setelah kejadian. Menurut pelaku pun, Anggrek sempat melawan dan baku hantam dengan pelaku saat itu. Fakta lainnya adalah bahwa salah satu pelaku bukanlah anak pejabat seperti yang selama ini diberitakan.
Sebagai penulis berita sebelumnya, saya merasa berkewajiban untuk mengakui bahwa hal-hal viral nampaknya perlu kita kaji ulang.
Permohonan maaf saya sampaikan kepada para pembaca ini. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu kita ambil pelajaran dari kasus ini.
Kewajiban tabayyun dari hal-hal yang viral menjadi sangat penting. Memang nampaknya agak jahat karena saat ini banyak orang melakukan “permainan iba” yang bernuansa humanis. Seperti yang kita tahu, bahwa kasus Anggrek ini membuat Indonesia bahkan beberapa tokoh dunia memberikan perhatian. Anggrek berhasil diikutsertakan dalam perlombaan hoax terbaik 2019. Siapa dalangnya? Yaudahlah yaaaa
Tapi tapi tapi, bully dan penganiayaan tetap tidak dapat dibenarkan. Anggrek memang korban, tapi dia juga yang memicu kejahatan tersebut. Apa yang dilakukan pelaku lebih kepada persekusi seperti yang saya sebutkan dalam artikel sebelumnya. Dimana ada perubahan peran Anggrek yang awalnya menjadi Pelaku (memancing keributan) kemudian menjadi Korban (Bully/Persekusi oleh Pelaku) yang kemudian menjadi Pelaku (hoax) meski keterlibatan Anggrek pada proses ‘Pelaku kedua’ (hoax) bisa jadi tidak penuh. Kesalahan baik tersangka dan Anggrek adalah persekusi yang mereka lakukan. Hoax dengan melibatkan iba ini juga membuat netizen melakukan persekusi kepada akun tersangka bully. Sama jahatnya? Iyalah.
Ini bisa menjadi pelajaran agar kita baik-baik melihat semua berita, terutama viral. Meski sebenarnya kasus ini mencederai kepercayaan masyarakat terhadap isu-isu kemanusiaan. Aduh de, sinetron mana yang kamu tonton hingga jadi begini .. Apa ini menandakan bahwa sinetron Indonesia mengajarkan cara berbohong dengan baik dan benar?
Karena hoax penganiayaan, RS bisa memperdaya satu kubu, tapi Anggrek memperdaya satu Indonesia. Tepuk tangan!