“Dulu, gue preman.” Kata Bang Mursyid kepada saya. Jika melihat penampilannya, mungkin banyak orang akan setuju dengan pengakuannya ini. “Tapi gue pensiun jadi preman abis punya anak.” Tambahnya sambil menyeruput kopi hitam di depannya.
Bang Mursyid saat itu tidak sendiri. Ia bersama empat orang temannya yang lain yang merupakan supir truk. Bagi Bang Mursyid, menjadi supir truk bukanlah hal yang mudah. Karena ia perlu meninggalkan masa lalunya sebagai preman yang menurutnya lebih menghasilkan banyak uang. Sesekali kawan lamanya yang sesama preman menawarinya untuk kembali ketika tidak ada pekerjaan. Kadang ia goyah, namun ketika mengingat anaknya, ia dengan teguh menolak ajakan tersebut.
“Semenjak punya anak, gue udah mulai mikir. Anak gue gak boleh makan dari duit gak bener.” Ujar Bang Mursyid lagi. Bang Mursyid dengan jelas menceritakan bahwa banyak ia mendapatkan musuh dari pekerjaan lamanya. Ia juga tak ingin kelak anaknya mengalami banyak permusuhan dan merasa tak aman berada di banyak tempat.
Obrolan Panjang saya bersama Bang Mursyid hanya berawal dari sapaan, “Bang, Ngopi Bang” ketika saya tak sengaja beristirahat di sebuah warung kopi di Cipondoh, Tangerang. Warung Kopi sederhana tersebut ternyata memang jadi langganan para supir truk luar kota. Sapaan yang canggung dan ragu dari saya ternyata direspon baik dari Bang Mursyid saat itu. Tak jarang tawa terlepas di sela obrolan.
Bang Mursyid berhasil membuang stigma seseorang tak bias dilihat dari tampilannya. Bang Mursyid juga memaksa saya belajar untuk lebih membuka pikiran, percaya dan yakin bahwa tiap orang dapat berubah bahkan sekedar keinginan untuk berubah, dari yang pribadi kurang baik menjadi baik dan lebih baik.
Proses kehidupan yang dijalani oleh setiap orang mungkin berbeda. Pengalaman pada akhirnya menjadi salah satu hal penting dalam membentuk karakter pribadi kita. Kita tak pernah tau seberapa sulit lika-liku kehidupan yang pernah dilalui seseorang. Sama hal nya seperti kopi yang telah melalui proses yang luar biasa panjang hingga akhirnya terbentuk karakter dan kualitasnya masing-masing dari serangkaian proses yang telah dilalui.
Kadang pembelajaran memang tidak hanya hadir dari ruang kelas. Secangkir kopi bisa membawa kita mendapatkan pelajaran yang mungkin tidak pernah kita dapatkan di sekolah manapun. Sadar gak sadar, kadang dengan ajakan ngopi kita dapat banyak kenalan baru, obrolan baru, cerita baru. Bagiku, ngopi merupakan salah satu alternatif buat buka obrolan.
Minuman yang kita kenal baik dengan rasa dan aroma yang khas tersebut mungkin hanya sekedar teman untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Padahal filosifinya lebih dari itu. Misalnya, untuk mendapatkan rasa yang diinginkan, kopi harus diperlakukan secara spesial. Beda jenis kopi, beda juga cara perlakuannya, beda juga pelajarannya. Pelajaran yang kali ini saya dapatkan dari Bang Mursyid tentang perubahan. Cara menyapanya mungkin hanya sekedar, “Bang, Ngopi Bang”. Barang kali nanti kita ketemu jodoh kita di warung kopi, tentu akan beda menyapanya, beda juga pelajarannya.
Jomblo? Yuk Ngopi Yuk. Mari ngopi… Mari ngobrol…