A, mungkin bukan siapa-siapa. Tapi kasus ini membuka mata kita untuk kembali bertanya, apakah pantas generasi seperti mereka memegang cita-cita bangsa ini? (Acieee)
Kejadiannya bermula saat A (panggil saja Anggrek) saat itu sedang bersantai di rumah. Anggrek yang berumur 14 tahun itu didatangi oleh 12 orang anak SMA yang diinisiasi oleh D (panggil saja Delima). Delima sebenarnya tak ada urusan dengan Anggrek, urusan Delima adalah dengan kakak sepupu A (panggil saja Melati).
Anggrek diajak keluar rumah untuk berbicara oleh Delima. Awalnya sih, Anggrek diajak keluar sebagai ‘alat’ agar Melati mau keluar. Di jalan Sulawesi, Delima dan Melati berdebat tentang komentar Melati di media sosial. Pasalnya, Delima adalah pacar dari Mantan si Melati. Itu mantan juga udah gak pernah berhubungan, tapi proteksi berlebihan kepada sang kekasih membuat Delima berlaku demikian. Delima terlibat baku hantam dengan Melati. Sementara Anggrek diserang oleh 3 orang lainnya. Anggrek disiram air dan kepalanya dibenturkan. Belum puas, pelaku bernama Tulip (bukan nama beneran coy) mencolok kemaluan Anggrek untuk membuat Anggrek tidak lagi perawan. Delapan lainnya tertawa melihat pertengkaran tidak seimbang itu.
Selesai menganiaya kedua korban, mereka mengancam agar tidak mengadu kepada siapapun. Apabila Melati dan Anggrek mengadu pada orang tua mereka, maka pelaku akan memberikan efek yang lebih parah lagi katanya (macem ancaman rentenir). Sayangnya, tragedi ini baru diketahui oleh polisi dua minggu setelah kejadian karena korban terintimidasi.
Belakangan Walikota Pontianak hingga Hotman Paris siap bertindak melalui jalur hukum. Meskipun si Korban masih selfie-selfie boomerang di kantor polisi. Mungkin mereka pikir itu study banding.
Persekusi sederhana ini seakan menjadi trend anak SMA sudah berlangsung sejak lama. Bagi antar siswa perempuan biasanya karena masalah cowok. Apakah ini sekedar masalah cinta? Tentu tidak semudah itu menyimpulkannya, Ferguso. Ini adalah masalah mereka yang “merasa paling berhak“.
Apa yang terjadi di Pontianak ini, mirip dengan apa yang terjadi di sinetron. Mereka yang lebih merasa paling berhak seakan boleh melakukan intimidasi dengan yang tidak berhak. Pemicunya adalah media sosial. Padahal preman-preman kecil ini belum juga punya KTP.
Pesan untuk pelaku yang masih dede gemesh yang pengen dicubit netizen
Dek, semua yang kita punya adalah milik Allah. Janganlah mempersekusi siapapun itu, itu hak Allah dan laporkan kepada kepolisian jika pacarmu dicuri. Ya? Ya?