“Ih kita postingnya lagi di Singapura, udah mirip kan?” Kata seorang ibu muda kepada temannya. Disampingnya beberapa perempuan tampak berfoto selfie baik sejak di Stasiun hingga di dalam kereta sambil sesekali berkaca memastikan make up-nya tetap sempurna. Ada pun keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang berfoto-foto di kursi penumpang. Beberapa satpam tampak hilir mudik di dalam kereta memastikan tempat duduk prioritas diisi oleh yang berhak.
Pembangunan Indonesia yang tidak merata membuat banyak orang “kagetan” terhadap hal-hal baru. Apalagi dengan hal yang sama dengan yang ada di luar negeri, mereka biasanya akan mengaku-ngaku dan merasa berada di luar negeri. Banyak tempat wisata yang saat ini menirukan suasana di luar negeri agar “laku” karena memberikan sensasi pada mereka yang berfoto untuk merasa berada di luar negeri.
Kadang bukan karena tidak mampu ke luar negeri, tapi konsumsi yang berlebihan sehari-hari menjadi kesulitan untuk itu. Hiburan yang simple untuk memenuhi kebutuhan media sosial adalah dengan berwisata yang mirip luar negeri. Termasuk MRT.
Indonesia mungkin tak pernah sulit untuk membangun, namun sulit untuk merawat. Bisa kita ingat, bagaimana beberapa hari lalu kita sempat dihebohkan oleh gambar sejumlah orang yang berfoto naik kursi di MRT. Sungguh perbuatan yang tidak patut untuk sesuatu yang kita raih dengan susah payah.
MRT Jakarta menjadi pilihan angkutan moda baru yang memang telah lama dinantikan. Sebelumnya, wacana Monorel Jakarta kemudian MRT Jakarta sempat simpang siur sampai akhirnya diputuskan MRT Jakarta dengan menggandeng perusahaan asal Jepang, JICA. Terdapat 11 stasiun yang terdiri dari 6 stasiun layang dan 5 stasiun bawah tanah.