Dalam kondisi terjepit, mereka terpaksa naik ke atas bukit yang berada tepat di belakang ponpes. Tak terkecuali dengan Ocha.
Ia berusaha menerabas rerumputan ilalang setinggi satu meter dengan cara berlari zigzag. Naas, terjangan peluru berhasil mengenai kakinya dan ia roboh. Beruntung, peluru tersebut hanya menyerempet kakinya.
“Seandainya saat itu satu menit saja berhenti menembak (petugas), pasti saya sudah bisa kabur lari naik ke atas gunung,” tutur Ocha kepada tim Ruangobrol saat ditemuinya di Lapas Subang, Jawa Barat pada Kamis (14/1/2016).
Ocha berusaha bangkit kembali untuk lari menaiki bukit. Di depan dirinya, seorang jihadis yang juga berusaha lari menyelamatkan diri, punggungnya tertembus oleh peluru. Ia lalu jatuh dan menimpa Ocha yang berada persis di belakangnya.
Ocha yang terkena tembakan di kakinya, tak berhasil menahan beban tubuh rekannya yang jatuh menimpa dirinya. Mereka berdua pun jatuh terjungkal ke tanah.
Dengan badan tertelungkup, ia berusaha untuk tetap bergerak menyelamatkan diri dengan menaiki bukit. Namun kondisi fisiknya yang kian lelah serta luka tembak pada kakinya, akhirnya ia menyerah.
Di sekitarnya, terdapat 5 orang dalam kondisi terkapar. Sebagian sudah tak lagi bernyawa dan lainnya terluka parah.
Dalam kondisi demikian, tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Ocha selain memasrahkan diri pada kehendak takdir. Namun jika harus memilih, ia berharap agar bisa diberikan kesempatan untuk menikmati hidup sekali lagi.
Bayang-bayang akan orang tua, keluarga, teman-temannya di Ponpes Al Islam Lamongan, dan orang-orang yang dikasihinya, menguap menjadi potongan rindu yang sangat. Terbesit secercah harapan untuk bisa kembali menikmati hidup dan bertemu dengan keluarga.
Barangkali, hari itu menjadi kesempatan terakhirnya menghirup nafas dunia. Dan Tanah Runtuh, menjadi pelabuhan terakhir baginya untuk ‘berniaga’ atas keyakinan jalan hidupnya.
Ia tersadar kembali saat mendengar suara petugas dengan moncong senjata yang berada tepat di depan wajahnya. Ocha berhasil diringkus.
Tangannya kemudian diikat dengan plastic handcuff atau borgol plastik dan dipaksa untuk berjalan jongkok. Namun kondisi fisiknya yang lemah, ia pun roboh.
Ia kemudian diangkat oleh petugas dengan kondisi tangan masih terikat, lalu dilemparkan ke dalam bak truk milik Brimob untuk dibawa ke Mapolres Poso.
Mereka yang tertangkap, kemudian diterbangkan menuju Polda Palu menggunakan helikopter dalam kondisi masing-masing ditutup matanya dengan lakban hitam.
Sepanjang perjalanan, tak henti Ocha berucap syukur atas kesempatan untuk menikmati kehidupan kedua. Meski ia menyadari, bahwa kesempatan hidup yang akan ia jalani adalah kehidupan dari balik penjara.
Namun jelas, kesempatan yang ada akan menjadi pengalaman berharga baginya untuk menata hidup yang lebih baik lagi. Di samping, ia juga menikmati perjalanan gratisnya terbang menggunakan helikopter sebagai pengalaman langkah.
Terdapat lebih dari 20 orang yang ditangkap atas bentrokan bersenjata ini. Sebagian dari mereka adalah para DPO yang memang sejak awal menjadi target penangkapan pihak kepolisian.
Dalam catatan Detik News pada Senin (22/1/2007), setidaknya ada 11 orang yang menjadi korban tewas dalam insiden baku tembak di Tanah Runtuh tersebut. 2 orang dari anggota kepolisian dan 11 orang lainnya adalah masyarakat sipil bersenjata.
Namun terdapat informasi berbeda dari kalangan jihadis ini. Mereka menyebutkan bahwa jumlah dari kelompok jihadis yang meninggal mencapai 12 orang. Ini tidak termasuk anggota kepolisian yang tewas dalam insiden tersebut.
Terkait bom yang dibawa oleh Ocha. Ia menjelaskan bahwa bom tersebut dirakit oleh Firsan alias Icang, salah satu DPO yang juga turut tewas dalam persitiwa tersebut. Firsan diketahui memperoleh keahliannya ketika bergabung dengan kelompok mujahidin dari Jawa saat konflik di Poso terjadi.
Dan atas keterlibatannya dalam konflik di Tanah Runtuh, ia divonis hukuman penjara selama 3,5 tahun dengan tuntutan awal 6 tahun penjara. Ia kemudian menghabiskan masa hukumannya tersebut di Lapas Palu, Sulawesi Tengah.
Tahun 2009, Ocha akhirnya bebas secara bersyarat dan bisa kembali ke keluarganya di Poso. Dengan bertemu kembali dengan keluarga ini, menjadi kesempatan berharga baginya yang selama ini ia rindukan.
Link foto: https://www.snopes.com/fact-check/inmates-abandoned-katrina/