Platoon, Film Favorit Seorang Veteran Jihad Filipina Selatan

Other

by Arif Budi Setyawan

 

Platoon adalah film Amerika Serikat produksi tahun 1986 yang menceritakan tentang Perang Vietnam. Disutradarai dan ditulis oleh Oliver Stone. Film ini dibintangi antara lain Tom Berenger, Willem Dafoe, Charlie Sheen, dan Forest Whitaker.


Film ini bercerita tentang seorang tentara yang baru bertugas, Chris Taylor (Charlie Sheen), yang juga narator dalam film ini. Di sana ia bergabung dengan unit infantri dan memulai pengalamannya dalam tugas perang di hutan. Ketidakberdayaannya kemudian menjadi sinisme ketika ia mendapat pengalaman kekerasan di hutan dan juga kehidupan seorang tentara, menyaksikan sahabatnya ditembak atas pembunuhan ilegal, dan menjadikan dirinya beraksi untuk melawan atasannya.


Film ini masuk nominasi Academy Awards untuk 8 kategori dan memenangkan 4 di antaranya. Yaitu mendapatkan Piala Oscar untuk kategori Best Picture, Best Director, Best Editing, dan Best Sound.


Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk membesuk napiter Umar Patek di Lapas Porong. Sebenarnya sejak saya bebas dulu, saya sudah berkeinginan untuk berjumpa dengan beliau. Saya sangat penasaran dengan kisahnya dan ingin mendengar langsung darinya.


Bagi saya Umar Patek adalah sosok yang menarik. Bagaimana ia bisa bertahan di tengah statusnya sebagai DPO sejak akhir 2002 sebelum akhirnya tertangkap oleh aparat keamanan Pakistan pada awal 2011.


Pada saat bertemu itulah saya memintanya menceritakan sekilas tentang perjalanan jihadnya dan bagaimana rasanya menjadi DPO seharga 1 juta USD selama hampir 9 tahun.


“Saya memulai jihad dengan tidak sengaja dan mengakhirinya juga dengan tidak sengaja”, begitu dia memulai ceritanya sambil tersenyum lebar.


Saya dan petugas yang mendampinginya pun sontak tertawa mendengarnya.


“ Lho kok tertawa. Memang benar begitu kok ceritanya”, tukasnya.


Ia pun kemudian mulai menceritakan perjalanan jihadnya untuk membuktikan bahwa kata-katanya barusan itu benar adanya.


Berawal dari pergi merantau ke Malaysia bersama sahabatnya Dulmatin pada tahun 1991, dengan tujuan mencari pekerjaan dengan upah yang lebih tinggi dari bekerja di kampung halamannya.


Di sana -menurutnya- tidak sengaja bertemu dengan Mukhlas yang kemudian menawari Dulmatin dan dirinya untuk belajar ke Pakistan tanpa biaya. Karena Dulmatin menerima tawaran itu ia pun akhirnya ikut juga.


Sesampainya di Pakistan ternyata mereka berdua dikirim ke Akademi Militer milik mujahidin Afghanistan untuk belajar ilmu jihad dan teknik berperang. Di situlah untuk pertama kalinya ia mengenal tentang jihad.


“Itulah awal yang tidak sengaja”, pungkasnya seraya tersenyum mengakhiri cerita bagaimana ia mulai mengenal jihad.


Peristiwa penangkapannya di Pakistan berawal dari ikhwan yang menjadi tuan rumah tempat ia transit sambil menunggu jalan masuk ke Afghanistan kembali aman ditangkap terlebih dahulu di bandara Lahore oleh aparat keamanan Pakistan ketika menjemput ikhwan dari Eropa yang juga akan masuk ke Afghanistan.


Aparat keamanan Pakistan kemudian datang ke rumah itu untuk menggeledah seisi rumah. Mendapati ada dua orang (Umar Patek dan istrinya) di rumah tersebut dan ditemukan paspor (aspal) Indonesia, mereka pun kemudian membawa dirinya dan istrinya untuk ditahan di markas mereka.


Awalnya aparat keamanan Pakistan kebingungan mengenai siapa orang yang mereka tangkap dari rumah tersebut, karena tentu saja identitas dalam paspor itu asli tapi palsu.


Sampai kurang lebih tiga bulan kemudian mereka baru menemukan jawabannya setelah wajah Umar Patek ditumbuhi jambang dan jenggot karena tidak ada alat cukur. Dengan wajah yang ditumbuhi jambang dan jenggot menjadi mirip dengan wajah salah satu DPO kasus Bom Bali.


Setelah dilakukan serangkaian sesi foto dan kemudian dicocokkan dengan data yang mereka miliki, akhirnya disimpulkan bahwa orang yang mereka tangkap tiga bulan yang lalu adalah Umar Patek DPO internasional kasus Bom Bali. Pada bulan Agustus 2011 barulah dideportasi ke Indonesia.


“Nah, itu kan berakhirnya tidak sengaja juga”, pungkasnya sembari tertawa.


Selain cerita tentang awal dan akhir dari perjalanan jihadnya yang menurutnya adalah tidak sengaja itu, Umar Patek juga bercerita tentang beberapa pertempuran yang paling berkesan dalam hidupnya.


Salah satunya adalah sebuah pertempuran di Filipina Selatan di mana ia mengalami situasi yang persis seperti salah satu adegan dalam film Hollywood berjudul Platoon, yang pernah ditontonnya di tahun 1986 ketika dirinya masih siswa SMA. Itu adalah film favoritnya pada saat itu.


Dan setelah ia mengalami situasi peperangan seperti yang digambarkan dalam film itu, film Platoon itu kemudian masih menjadi film favoritnya hingga saat ini.


Wah, sungguh pertemuan yang sangat berkesan bagi saya. Terutama cerita tentang film Platoon itu yang menunjukkan bahwa di masa remajanya Umar Patek tidak jauh beda dengan masa remaja saya.


By the way, saya jadi penasaran pengin nonton film Platoon. Sayangnya itu adalah film lama yang agak susah dicari file-nya.


Sumber Rujukan :


https://id.wikipedia.org/wiki/Platoon


https://www.boxofficemojo.com/oscar/movies/?id=platoon.htm

Komentar

Tulis Komentar