Lho lho lho…apa-apaan nih ? Judul tulisan kok nyuruh baper ? Bawa-bawa nama mantan presiden segala dan gambar ilustrasinya wafer lagi ? Nggak nyambung banget.
Kalau Anda mengartikan baper dengan “terbawa perasaan” ya jelas nggak nyambung. Tapi coba jika diartikan dengan “membawa perubahan” pasti nyambung.
Tidak ada yang meragukan tentang banyaknya perubahan positif yang dibawa oleh Pak Habibie sejak menjadi Menristek di era pemerintahan Orde Baru.
Kepakaran Pak Habibie di bidang teknologi auronautika atau ilmu pesawat terbang menjadikannya sebagai salah seorang pemegang hak paten dari beberapa teknologi penerbangan.
Mengutip dari berbagai sumber, salah satu teori penting yang beliau temukan di dunia penerbangan adalah tentang teori keretakan pesawat (crack). Dengan teori ini, beliau berusaha meminimalisir tingkat kecelakaan penerbangan hingga mampu menyelamatkan jiwa manusia.
Teori ini berawal dari kenyataan bahwa pada tahun 1960 perkembangan teknologi pesawat terbang belum sepesat seperti sekarang, banyaknya musibah pesawat terbang yang terjadi karena kelelahan (fatique) pada bodi pesawat.
Biasanya titik rawan kelelahan ini terjadi di sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang, atau antara sayap dan dudukan mesin. Sebab elemen inilah yang secara terus-menerus mengalami guncangan keras, baik ketika sedang take off ataupun landing.
Di saat sebuah pesawat melakukan take off, sambungannya menerima tekanan udara (uplift) yang besar. Begitu ketika sebuah pesawat akan melakukan landing dan menyentuk landasan, bagian ini pula yang menanggung hempasan tubuh pesawat. Akibatnya kelelahan pun terjadi, dan itu awal dari keretakan (crack). Semakin hari keretakan itu semakin memanjang dan dapat berakibat fatal, karena sayap pesawat bisa patah tanpa diduga. Hal ini menyebabkan potensi fatique semakin besar.
Di sinilah peran seorang BJ Habibie yang kemudian datang menawarkan sebuah solusi. Beliaulah yang menemukan bagaimana rambatan titik crack itu berkerja, yang kemudian dikenal dengan nama teori crack progression.
Habibie juga dikenal sebagai “Mr Crack” karena keahliannya menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi Habibie.
Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantispasi kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF). Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoritisnya.
Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat. Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja. Namun setelah titik crack bisa dihitung maka derajat SF bisa diturunkan. Misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan. Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang. Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.
Nah, setelah tahu betapa hebatnya perubahan yang dibuat oleh Pak Habibie di atas, mudah-mudahan kita bisa menjadikannya sebagai inspirasi bagi kita dan anak-anak kita agar menjadi generasi yang “ BAPER ”, yaitu yang membawa perubahan positif bagi kehidupan umat manusia.