Indy dan Rakry dua pasangan anak muda yang menjadi relationship goals para anak SMA zaman sekarang. Dua minggu lalu, dalam channel youtube mereka, Indy melakukan klarifikasi mengapa mereka berpisah. Hal ini membuat para fans-nya juga galau. Video ini ditonton 13 JUTAAAAAAA !!!
Padahal mereka bikin challenge berdua itu manis banget! Masak berdua, belanja berdua, jalan-jalan berdua, tapi gak ampe tidur berdua kok. Sumpah, gak ada di channel youtubenya! Cek aja. Indy dan Rakry bisa melewati LDR dengan baik, meski akhirnya Rakry berkhianat. Sungguh tega kau Rakry!
Eh, kalian gak tau Indy dan Rakry siapa? Kalian gagal jadi netizen! Indy punya followers 1,6 juta dan banyak produk telah endorse dara kelahiran 2003 itu. Sedangkan Rakry atau Rakryan punya followers 800ribuan aja. Pasca mereka putus, ini memang tidak akan berpengaruh. Tapi bagaimana dengan subscribers Youtube mereka yang sampai 1,4 juta? Bagaimana pembagian harta gono gini terkait subscribers? Bagaimana pembagian harta gono gini akun fans mereka yang mencapai 45,6k followers? Semoga masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan tekait gono gini mereka.
Para dewasa tidak akan mengerti bagaimana menariknya pasangan ini. Ini terjadi saat orang tua kita yang gak ngerti kenapa dulu dewasa pada masanya sering pake sms singkat-singkat dengan hurup kecil dan kapital yang gak beraturan dan ngomong “gue” jadi “w”. Paling nyebut “Alay”, “Norak” dan sebagainya. Sama halnya anak SMA pasti bakal bilang “Lebay” ke orang dewasa yang bela capresnya mati-matian. Definisi “Alay”, “Norak” dan “Lebay” setiap generasi ternyata tidak sama meski satu bahasa dan satu negara.
Setiap zaman dan generasi punya trend-nya masing-masing. Trend anak muda ini dipengaruhi oleh lingkungan dan apa yang mereka saksikan secara terus menerus. Kenapa ada 1,4 juta orang menikmati percintaan anak belum punya KTP? Karena itu yang sangat dekat kaitannya dengan mereka. Melarang mereka melalui Indonesia Tanpa Pacaran juga gak segampang itu gengs, nukan dilarang, dididik. Nyuruh-nyuruh bae orang-orang tua ini
Anak muda saat ini tak bisa diberi pendidikan ala zaman dulu yang dicubit nurut, tapi edukasi yang canggih mulai dari cara berbicara sampi referensi. Tidak menakut-nakuti namun memberikan informasi. Bukan hanya wanita, tapi milenial juga ingin dimengerti.