Awal hubungan baik dengan makhluk Allah yang berawal dari rasa iba sebagaimana yang terjadi antara saya dengan Si Cemong -nama kcing saya- juga tejadi dengan tanaman hias yang ada di lingkungan Blok C.
Berawal dari ketika saya melihat tanaman sirih gantung yang ada di lingkungan Blok C yang kurang terawat karena posisinya yang tinggi sehingga sulit dijangkau untuk disiram, saya kemudian berinisiatif untuk merawatnya.
Pertama-tama saya meminta bantuan teman di BLK agar membuatkan sebuah galah dengan pengait di atasnya untuk mengambil pot tanaman sirih gantung dan membeli ember plastik untuk tempat air buat menyirami tanaman melalu petugas sipir.
Kemudian saya menyampaikan kepada tamping kebersihan yang tadinya bertugas menyirami tanaman di Blok C bahwa tugas menyirami tanaman itu saya ambil alih karena seringnya melewatkan tanaman yang ada di pot gantung. Tamping kebersihan itu senang sekali mendengar ada yang mau merawat tanaman di blok C.
Sejak saat itu saya pun mulai merawat semua tanaman hias yang ada di lingkungan blok C. Menyiraminya setiap hari dan membersihkan pot-potnya dari sampah yang biasa dibuang oleh para warga binaan. Mereka biasa membuang sampah ke dalam pot karena jumlahnya yang banyak berjejer di sekitar lingkungan blok sehingga lebih mudah dijangkau daripada tempat sampah yang jauh lebih sedikit jumlahnya.
Meskipun pernah saya coba kasih tulisan di pot-pot itu bahwa itu bukan tempat sampah, tetap saja mereka membuang sampah ke dalam pot. Kesal juga sih. Tapi itu saya anggap sebagai latihan kesabaran dan keikhlasan. Jadi, saya tetap memunguti sampah itu setiap hari setelah selesai menyiraminya. Jadi rutinitas yang lama-lama jadi terasa menyenangkan.
Apalagi jika ada petugas yang lewat dan memuji tanaman-tanaman itu…wah, happy banget dah.
Dalam perjalanan merawat tanaman itu saya butuh pupuk untuk menjaga kesuburan tanah, tapi untuk membeli pupuk itu butuh biaya dan perjuangan, karena tidak bisa beli di kantin atau koperasi lapas. Saya memutar otak bagaimana caranya bisa mendapatkan pupuk dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lapas.
Melihat sisa makanan yang melimpah yang setiap hari dibuang ke tempat sampah, saya kemudian terpikir untuk membuat pupuk dari sisa makanan. Tapi bagaimana caranya ?
Saya kemudian iseng-iseng googling cara membuat pupuk organik dari sisa nasi. Dan ternyata tidak sulit cara membuatnya. Hanya butuh waktu yang lumayan untuk proses fermentasinya. Bahan-bahannya pun mudah didapat, hanya perlu gula,air, dan nasi yang sudah berjamur.
Pupuk itu berbentuk cair dengan bahan dasar air yang telah dicampur dengan gula. Sedangkan nasi yang sudah berjamur berfungsi sebagai biang fermentasinya. Bisa juga ditambahkan roti berjamur. Proses fermentasinya memakan waktu 1-2 minggu.
Saya menggunakan pupuk itu untuk memupuk semua tanaman yang ada dalam wilayah kekuasaan saya. Hasilnya cukup lumayan, terutama sangat cocok untuk tanaman sirih gantung. Saya kemudian menawarkan pupuk itu kepada teman-teman tamping pertamanan untuk mencobanya. Ada dua orang yang kemudian jadi langganan saya yang saya kasih dua kali dalam sepekan.
Lama kelamaan petugas yang sering melihat saya memupuk tanaman dengan pupuk cair buatan saya ingin mencoba pupuk buatan saya itu. Ada beberapa petugas yang kemudian jadi langganan memesan pupuk cair buatan saya. Saya memberikannya dengan cuma-cuma. Toh bahannya murah dan mudah didapat.
Tapi dampak hubungan dengan para petugas yang menjadi langganan saya itulah yang menambah kebahagiaan saya. Berawal dari sayang tanaman lalu menemukan formula pembuatan pupuk cair organik dan dari pupuk itu saya bisa mempererat hubungan dengan beberapa petugas lapas.
Melihat tanaman saya tumbuh sehat setiap hari adalah hal yang paling menyenangkan dari interaksi saya dengan tanaman-tanaman itu. Saya memang kehilangan momen melihat pertumbuhan anak-anak saya, tapi saya cukup terhibur dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan kucing peliharaan saya.
Adapun orang yang kemudian menghargai saya karena merawat kucing dan tanaman, itu adalah bonus yang diberikan Allah SWT kepada saya.