
Beberapa hari lalu, di Kota Semarang lagi rame ulah sejumlah bocah berkendara sepeda motor yang bertindak brutal di jalanan. Beberapa fotonya sempat menyebar di media sosial, berkendara sembari membawa aneka senjata tajam, mulai parang, klewang sampai celurit.
Aksi mereka ini tercapture kamera, saat berada di kawasan Jatingaleh Semarang. Tepatnya di underpass, lokasi yang merupakan jalan raya Semarang – Solo atau ke Yogyakarta.
Tak berhenti sampai di situ, bocah-bocah itu juga terlibat dalam penyerangan sejumlah orang tepatnya di sekitaran warung burjo di kawasan Tembalang Semarang, tak jauh dari kampus Undip.
Polisi bertindak cepat, sampai akhirnya belasan dari mereka ditangkap. Tak lama, polisi merilisnya ke para wartawan dan tentu saja foto-foto mereka tersebar cepat ke publik.
Berbagai tanggapan muncul. Rata-rata nyinyir.
“Cah-cah cilik ngene iki ternyata pelakune”
Ada pula yang berujar
“Iseh cilik wis ngono, suk gede arep dadi opo?,” (masih kecil sudah begitu, besar nanti mau jadi apa)
Betul Gaesss! Mereka memang masih bocah, podo nggaya kemlinthi. Umurnya variatif, ada yang belasan tahun, ada yang dua puluhan tahun.
Mereka ini ternyata membuat gangster! Wuih, gangster saudara-saudara! Ada yang dinamai Gangster 69, ada yang Bradil alias Brandalan Dinar Liar. Ini merujuk salah satu kawasan permukiman tempat mereka tinggal, berasal dan kongkow-kongkow. Mereka tidak punya markas, hanya menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.
Tentunya kita nggak usah membayangkan, gangster di film-film ataupun yang memang ada di dunia. Mereka juga bukan gangster macam Yamaguchi Gumi alias Yakuza yang terkenal itu.
Mereka yang ditangkap di Semarang itu memang masih bocah. Tapi tindakannya tidak bisa ditoleransi begitu saja, demikian kata polisi. Karena yang melakukan pidana, seperti bacok orang, tetap diproses hukum.
Sementara yang ikut-ikutan aja, sudah dipulangkan, tentunya setelah polisi memanggil para orang tua mereka untuk menjemput di kantor polisi.
Saat para orang tua datang itu, seperti di Polsek Tembalang, Kamis (7/2/2019) kemarin, terjadilah peristiwa yang haru biru. Bocah-bocah yang podo kemlinthi (rese, tengil, nakal, menyebalkan) ketika berada di jalanan itu, tiba-tiba pada nangis.
Beberapa memeluk ibunya, bapaknya yang datang menjemput. Jungkir balik sudah. Kalau di jalanan, mereka galak bukan main, bawa-bawa parang, tapi ketika ditangkap dan dijemput orang tuanya langsung nangis guling-guling.
Hayohh jewer kupinge nek nakal!
Semoga bocah-bocah itu tidak lagi kumpul-kumpul lalu jadi gangster. Mending kumpul-kumpul terus bikin klub sepakbola, grup dangdut, ataupun grup mancing. Bisa sehat, terhibur dan mengibur sekaligus melatih kesabaran.