Tukang Ulem Antihoax

Other

by Eka Setiawan

Sekarang, bisa dibilang pusat informasi termasukkomunikasi berada di markas maya alias dunia internet, entah itu grup WhatsApp(WA), Telegram, grup-grup Facebook ataupun platform media sosial lainnya.


Informasi tak lagi beredar dari mulut ke mulut sepertizaman baheula. Saya samar-samar ingat, saat awal 90-an dulu, waktu masih SD, dilingkungan tempat saya tinggal, kawasan Pantura Kota Tegal, ada namanya tukangulem.


Beliau itu biasanya tetangga, ataupun kenalan yangsudah dianggap seperti saudara sendiri. Intinya, sudah kredibel, teruji baiksifat maupun pengetahuannya. Teruji oleh berbagai terpaan bisik-bisik tetanggayang kadang membuat kuping panas.


Biasanya, yang menggunakan jasa tukang ulem ini yaorang-orang di kampung sendiri. Tugas beliau, menyampaikan uleman alias undangan hajatan tertentu, bisa pernikahan, sunatan,atau syukuran lainnya.


“bayarannya” pun nggak mahal-mahal amat. Bisa cumakasih uang rokok, sembako ataupun uang yang tak seberapa. Intinya; salingbantu, bayaran nomor sekian.


Namun demikian, profesi tukang ulem ini dituntut jeli,mampu bekerja di bawah tekanan, punya orientasi lapangan yang bagus, kuatmenghafal dan bertanggungjawab.


Loh bagaimana tidak?


Misalnya begini, keluarga kita mau ngundang tetanggaatau orang-orang lain yang jauhnya lebih dari 40 rumah dari rumah kita, tukangulem ini jadi semacam ujung tombak suksesnya acara.


Beliau akan bertanggungjawab menyampaikan undangan(baik dalam bentuk cetak fotokopian dan distrapler ataupun hanya lisan sajamenyampaikannya).


“Ibu,Bapak, diundang oleh keluarga ini pada hari...tanggal...jam...lokasi...acaranyaini”


Kira-kira begitu yang disampaikan beliau si tukang ulemitu.


Beliau akan berjalan, maupun bersepeda ke orang-orangyang diulemi alias diundang hajatanitu. Ini membutuhkan stamina yang joss.


Bisa dibayangkan kalau beliau tiba-tiba lupa jalan,pingsan ataupun sakit dan kabar yang didapat sohibul hajat telat (karena saat itudunia belum onlen). Bisa-bisa uleman belum sampai tapi hajatan sudahberlangsung. Bisa porak poranda hajatan karena tak ada yang hadir.


Pendapat saya pribadi, menggunakan tukang uleman inisangat nguwongke (memanusiawikan)para undangan.


Karena, ketika rumah diketok pintunya, disambut tuanrumah, lalu beliau si tukang ulem ini menyampaikan perihal undangan darisohibul hajat, pastilah terjadi komunikasi yang baik. Silaturahmi terjalindengan oke.


Dan informasi yang disampaikan hampir 100 persen valid,bukan hoax. Saya belum pernahmendengar tukang ulem niat bangetmuter ke beberapa tempat hanya untuk menyampaikan hoax. Bisa-bisa jadi musuh bersama kalau seperti itu.


Tapi kembali ke paragraf pertama di atas. Dunia memangsudah berubah. Relasi berkembang sedemikian pesat, melintas jarak, batasgeografi ataupun batasan-batasan lainnya.


Kemajuan teknologi memungkinkan hal itu. Lewat gawai,orang-orang jadi terhubung. Jarak tak jadi soal.


Kalau sudah seperti ini, nggak mungkin juga kan tukang ulem mengantarkan undangan antarkota, antarprovinsi, bahkan antarnegara dari sebuah hajatan yang dibuat sohibul hajat. Selain tak efisien waktu, pastinya melelahkan. Ubengan ke beberapa tempat yang jaraknya jauh-jauh coy!


Walaupun tukang ulem nasibmu kini sudah tak jelas,macam guru honorer yang puluhan tahun mengabdi tapi tak kunjung jadi PNS, tapiprofesi beliau mengajarkan sesuatu yang tak lekang oleh waktu: memanusiawikan!


Manusiawi bukan soal kuno atau modern. Manusiawi harusmelintas zaman. Nilainya jadi harga mati. Beliau, si tukang ulem, mengajarkaninformasi yang disampaikan itu bertanggungjawab. Baik nilai informasinyakredibel alias tidak hoax maupun caradan waktu menyampaikannya.


Nggak enak juga kan, tengah malam lagingantuk-ngantuknya, tetiba ponsel kita berbunyi ‘ting’ pesan masuk, isinyaundangan.


“Mohonmaaf ya mengundang lewat broadcast, bukan tak menghormati, bukan menyepelekan, tapi biar efisien (dangratisan), saya mau nikahan nih, lokasi tepatnya bisa scan barcode ya”


Mbokyo, ngertiwaktu kalau kirim undangan. Kalau misalnya pesan dibuka dan bablas tidur, bisajadi paginya lupa. Lalu undangan pun terabaikan. Kan repot berjamaah kalaubegini.


#salamtukangulem#tukangulemantihoax #bravouleman! #tukangulembersatutakbisadikalahkan

Komentar

Tulis Komentar