Hari ke-15 saya dipindahkan ke sel yang menjadi hak saya, yaitu sebuah sel masih di lantai 1 Blok C tapi kali ini di deretan sayap kanan. Waktu itu ada 5 ruangan sel yang ditempati oleh 5 orang napiter termasuk saya, jadi satu sel berisi satu orang napiter. Sebenarnya deretan sel (sebanyak 12 sel) di situ diperuntukkan bagi napi Warga Negara Asing (WNA) dan seharusnya diisi 2 orang setiap sel, tetapi karena status kami adalah napiter kami ditempatkan di situ.
Ukuran selnya sama dengan sel isolasi, bentuk ruangannya pun sama. Bedanya ruangan sel yang ini dilengkapi dengan kipas angin yang menyala bersamaan dengan lampu. Jika sudah waktunya pemadaman lampu ya matilah kipasnya. Dan bedanya lagi ketika pintu sel dibuka, kami bisa langsung keluar berjalan-jalan di lingkungan lapas.
Jadwal buka pintu sel adalah setelah apel pagi jam 7.30 sampai jam 12.30. Jam 12.30-13.30 ditutup untuk sesi apel siang. Dibuka lagi jam 13.30 – 18.30, lalu setelah apel malam pintu sel ditutup sampai pagi jam 7.30. Yang disebut dengan apel pagi, siang, dan malam adalah kegiatan absensi dan kontrol oleh petugas sipir ke sel-sel untuk memastikan keberadaan penghuninya dan pergantian regu pengamanan dari regu yang bertugas malam dengan regu pagi, dari regu pagi ke regu siang, dan dari regu siang ke regu malam. Ada tiga kali apel dan pergantian shift regu pengamanan dalam 24 jam.
Meskipun bebas berada di luar sel ketika waktunya buka pintu sel, tetapi ada area yang hanya boleh diakses pada waktu-waktu tertentu. Waktu bebas murni para napi bisa berolahraga di lapangan dan main ke blok lain adalah dari jam 7.30 s/d jam 9.00 dan sore dari jam 15.30 s/d 16.45. Selebihnya jika ingin keluar ke blok lain atau masuk ke blok lain harus ada ijin dari sipir masing-masing blok. Dan bagi napi yang mengikuti kegiatan pembinaan di lapas juga harus ada ‘surat bon’ atas nama para WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan –sebutan kehormatan bagi napi di lapas-) dari petugas penanggungjawab program pembinaan yang diserahkan kepada sipir penjaga blok.
Bagi kami para napiter sedikit memiliki perlakuan istimewa, yaitu ketika apel malam jam 18.30 kami belum dimasukkan ke dalam sel, tapi baru dimasukkan setelah shalat Isya di musholla blok. Kami juga boleh mengajar ngaji di blok lain jika misalnya punya murid ngaji di blok tsb dengan jadwal yang kami tentukan. Ada dua orang di antara kami yang memiliki murid ngaji. Saya pada akhirnya juga mengajar ngaji, tapi itu kira-kira setahun terakhir saya di lapas. Sebelumnya saya belum tertarik untuk mengajar. Saya lebih senang main ke blok lain untuk mengobrol dan ngopi bareng. Mendengarkan cerita dan curhatan para napi itu sangat mengasyikkan.
Satu tahun pertama adalah tahun adaptasi bagi saya. Masih mencari apa saja yang bisa saya lakukan untuk menopang kehidupan saya di lapas atau apa yang bisa saya lakukan sebagai bekal untuk kembali ke masyarakat ketika bebas nanti. Mau berbisnis jualan barang-barang yang tidak dijual di koperasi atau kantin juga belum ada modal dan belum punya ‘jalur’ masuk barangnya dan juga masih ada rekan sesama napiter yang sudah melakukannya. Berjualan itu sebenarnya illegal, tetapi mungkin karena alasan kemanusiaan ada oknum yang mau membantu kami. Namun jika terjadi sesuatu resiko kami yang tanggung. Kami harus jaga nama oknum yang bantu itu. Bagi kami tak masalah, toh kami tidak jual barang terlarang, dan justru membantu memudahkan para napi yang lain.
Pada saat kawan sesama napiter yang punya bisnis itu bebas, saya sudah memiliki ‘jalur’ yang sudah siap pakai sekaligus saya sudah punya simpanan modal dari uang saku pemberian tim pembinaan dari beberapa instansi. Dua bulan pasca kebebasan kawan itu bisnis saya mulai jalan. Dengan modal awal sebesar 750 ribu, saya bisa memperloleh penghasilan antara 1 juta sampai 1,5 juta per bulan. Saya menjalankan bisnis itu kurang lebih setahun dua bulan.
Dari hasil berbisnis itu saya bisa makan dengan lauk yang lebih layak karena saya bisa beli di kantin. Untuk nasi saya masih ambil jatah dari dapur, tapi lauknya biasanya saya kasih ke warga yang lain. Tak heran jika selama setahun terakhir saya di lapas Salemba berat badan saya nambah 5 kg. Alhamdulillah. Selain itu saya juga bisa kirim sebagian ke istri sebagai bentuk menunaikan kewajiban saya sebagai kepala keluarga.