Menyibak Luka Lama, Sebuah Tragedi Atas Nama Cinta

Other

by Kharis Hadirin

Sabtu, 12 Oktober 2002 pukul 22.30 WITA,pulau Dewata Bali diguncang 3 bom secara beruntun. Dua tempathiburan malam, Sari Club dan Puddy’s Pub yang terletak dijalan Legian, Kuta dan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bali menjadi korban seranganteror.


Ledakan yang terjadi secara simultan ini menyebabkanratusan korban meninggal dunia. Indonesia pun berduka. Mata dunia seketika tertuju keBali, pulau paradewata nan eksotik mengalamiserangan bom oleh kelompok teroris.


Pemerintah pun mengalami kebingungan untuk mengidentifikasi para pelaku. Sebab bahan-bahan bom yangditemukan pasca olah TKP, bukanlah jenis bahan peledak main-main. Standar high - explosive, berdaya ledak tinggi. Berbagaijenis bahan peledak seperti KClo3, C-4,TNT dan Ammonium Nitrate, jelas tidak dibuat Indonesia.


Z.A. Maulani(mantan Kabakin era-kepemimpinanPresiden B.J Habibie) sempat mengatakan bahwa bom di Bali adalah Mikronuklir Nonkonvensional atau disebut dengan SADM (Special Atomic Demolition munition).


Jelas ia menyebut bahwabom di Bali ditunggangi militer asing. Konspirasi intel-intelan pun bermain. Mulailirik sana – lirik sini.


Harap maklum! Saat itu,tak satu pun militer Indonesia mampu membuat bom mini nuklir sehebat seperti diBali. Kasarnya, kemampuan militer Indonesia belum sampai sana.


Namun pada 5 November2002 atau sekitar sebulan pasca ledakan di Bali, duniatercengang seakan tidak percaya.


Seorang pria kampung berusia 46 tahun asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ditangkap atas tuduhansebagai pelaku utama peledakan bom di Bali.


Teori konspirasi yangsusah paya dibangun para elit intelijen untuk menjelaskan hipotesa ledakan diBali, ditelanjangi bulat-bulat. Sedikit pun tak memiliki harga diri saat priabernama Amrozi digelandang menuju meja hijau dan dihadapkan pada jagat publik.


Tak tinggal diam, awakmedia segera berburu informasi tentang latar belakang Amrozi dan kampunghalaman dimana ia tinggal. Ini sekedar untuk menguji bahwa pria kampung tersebutbukanlah sosok sembarangan. Atau barangkali justru anggota sekte jadi-jadianseperti halnya orang gila yang tiba-tiba mengaku sebagai nabi, padahal palsu.


Dan terjawablahsemuanya. Amrozi bukanlah sosok pelaku tunggal. Ada banyak orang yang turutterlibat di belakang layar. Lebih jauh, muncul nama organisasi bayangan dansaling berjejaring dengan kelompok internasional juga diduga ikut bermain dalamperistiwa tragis tersebut.


Organisasi poros kanan, Jama’ah Islamiyah, yang juga menjadiperpanjangan tangan kelompok jihad internasional Al-Qaedah pimpinan Osama BinLaden, dianggap sebagai dalang pelaku serangan.


Lalu, apa yangmenggerakkan Amzori dan kelompoknya melakukan aksi serangan bom di Bali padamalam naas tersebut?


Aksi ini, oleh merekadianggap sebagai bentuk balas dendam atas invansi militer yang dilakukan olehpasukan sekutu pimpinan negeri Paman Sam di Afghanistan yang menyebabkanjatuhnya banyak nyawa masyarakat sipil tak berdosa. Termasuk juga negara-negaraMuslim lainnya.


Tindakan brutal dankesewenang-wenangan yang dilakukan Amerika serta sekutunya dianggap telahmerusak dan mencederai rasa kemanusiaan. Keadilan dianggap tak lagi bermakna.


Hal itu lalu dijadikanlahalasan utama untuk melakukan aksi serupa, membunuh warga sipil tak berdosadengan bom-bom neraka. Begitu mudahnya mereka menghilangkan nyawa, tanpa pedulilagi pada sikap welas asih antarsesama manusia.


Ironis memang. Atas dasar‘panggilan suci’ dan kecintaan padasaudara demi membela mereka yang terdzalimi, lalu melakukan tindakan kedzalimanyang sama.


Yang tersisa kemudian hanyalah duka dan nestapa. Duka dari anak-anak yang kehilangan orang tuanya, orang tua yang kehilangan anaknya dan seorang istri yang kehilangan kepala rumah tangganya.


Dan semua penderitaan itu terjadi, bermula atas pengakuan nama cinta. Cinta yang fatamorgana.



Link foto: Dok. penulis (salah seorang santri di sebuah pondok pesantren)

Komentar

Tulis Komentar