Di Rutan Mako Brimob (RMB) saya perlahan-lahan mempelajari pola pikir masing-masing orang yang bisa diketahui dari pembicaraan dan perilaku mereka sehari-hari. Saya ingin mendapatkan pelajaran sebanyak-banyaknya dari semua tahanan ‘teroris’ yang saya temui. Sejak saya mendapati titik balik pemikiran sebagaimana yang saya ceritakan di awal serial ini, saya memang bertekad untuk menemukan simpul-simpul kesalahan yang lazim terjadi pada semua pelaku tindak pidana terorisme untuk selanjutnya bisa meluruskan atau mengurai simpul-simpul yang salah itu.
Di penjara semua akhlaq dan sifat asli seseorang akan tampak. Tak ada bedanya antara yang ustadz dengan bukan ustadz, antara komandan dengan anggota, atau antara yang makmur dengan yang kesusahan. Semua akan menampakkan sifat dan perilaku aslinya. Orang-orang yang ketika di luar penjara tampak sebagai dermawan atau ‘alim, di penjara belum tentu ia masih bisa dermawan dan berlaku ‘alim.
Keadaan yang sama-sama terpenjara dan sama-sama susah membuat sifat asli seseorang nampak, baik itu sifat baik maupun sifat buruk. Dan ujian terbanyak di penjara adalah diuji dengan perilaku dan sifat buruk sesama tahanan. Bagi yang mau belajar akan mendapatkan pelajaran yang luar biasa dan akan membuatnya semakin kuat. Tapi bagi yang tidak mau belajar akan mendapati semakin lama penjara akan semakin terasa sempit baginya sehingga semakin mudah terpancing emosinya.
Bagaimana tidak semakin sempit jika sebuah sifat atau perilaku buruk itu dipertahankaan oleh para pelakunya dan tidak mau belajar untuk menguranginya demi kebaikan dan kenyamanan bersama ?
Bagi saya pribadi, saya bisa belajar untuk lebih berlapang dada, lebih bersabar, lebih bersyukur, lebih dermawan, dan lebih bisa mengendalikan emosi berlebihan. Semua saya bangun di atas dasar bahwa hidup di penjara itu sudah susah, jangan sampai saya berbuat yang dapat menyusahkan orang lain. Sedapat mungkin saya harus memudahkan semua urusan dengan orang lain dan bisa mengurangi kesusahan yang ada. Alhamdulillah…dari waktu ke waktu saya bisa semakin meningkatkan kualitas diri di tengah kondisi yang serba sulit. Dan inilah hal yang paling saya syukuri. Mungkin di luar sana saya tidak bisa mendapatkan ‘pelatihan’ seperti ini. Alhamdulillaah…
Semua pelajaran yang saya dapat selama di RMB seperti : bagaimana terbentuknya pemikiran ‘radikal’ dalam diri seseorang, bagaimana sifat dan perilaku buruk yang dapat merusak ‘perjuangan’, beberapa ‘fenomena unik’ di kalangan jihadis, dll, semuanya saya rekam dengan baik di kepala saya. Suatu saat nanti saya yakin pelajaran-pelajaran itu akan berguna di masa depan bagi saya pribadi dan bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran darinya.