M
“Together we’restrong
Diversity is ourstrength”
Entah kenapa tagline Harmony day yang ini selalu menancap dihati. Padahal tiap tahun pasti taglinenya diganti.
Mungkin karena kata-kata ini sengaja diucapkan berulangkali oleh saya dan teman-teman dikomunitas multicultural di Melbourne.
Tagline baru yang dibuatbersama ketika memaknai arti perbedaan.
Mungkin belum banyak yang tau apa sebenarnya Harmony dayitu?
Saya juga baru tau ada peringatan ini karena pernah tinggaldi Melbourne Australia.
Harmony day diperingati setiap tanggal 21 Maret. Tidak hanyadiinstansi pemerintah saja, namun juga sekolah, kantor dan juga komunitasmasyarakat.
Pernah lihat simbol pita kan? Harmony day juga memiliki pitaorange sebagai simbolnya.
Harmony day menjadi salah satu hari special bagi masyarakatAustralia.
Mayoritas penduduk di Australia memang berimigrasi darinegara lain.
Bisa dibayangkan, bagaimana beragamnya masyarakatnya kan?Mulai dari bahasa, agama, ras, suku semuanya bercampur menjadi satu.
Merekapun bisa hidup berdampingan dengan baik.
Untuk itu pemerintah membuat hari ini sebagai pengingat salah satu kekayaan yang dimiliki Australiaselain sumber daya alamnya.
Coba saja nanti diamati sendiri ketika berkunjung diMelbourne. Perbedaan itu mudah ditemukan disetiap sudut kotanya yang cantik.
Pagelaran festival antar bangsapun diselenggarakan hampirtiap minggu. Melalui event seperti inilah masyarakat akan saling mengenal danberbagi kebudayaan.
Tidak heran, Melbourne sudah lima kali menyabet gelar themost livable city in the world atau salah satu kota layak huni di dunia berturut-turut.
Lalu, bagaimana perayaan Harmony day di sekolah?
Sekolah anak-anakpun tidak pernah ketinggalan merayakanHarmony day.
Inilah salah satu hari special yang paling ditunggudisekolah.
Biasanya tiap negara kebagian untuk membuat pertunjukankebudayaan.
Kebetulan disekolah ini siswanya multibackground, berasal lebih dari18 negara.
Praktis acara sekolah seharian hanya diisi oleh perayaan iniuntuk memfasilitasi tiap perwakilan negara.
Tidak hanya anak-anak saja, orang tuapun ikut berpartisipasimembuat pertunjukan.
Emak-emakpun ikutan heboh, karena juga harus mempersiapkan bajutradional yang akan dipakai.
Kalau di Indonesia mungkin seperti hari kartini, tapi inikartini international.
Anak-anak saya antusias sekali memakai blangkon, lurik danjarik kiriman embahnya dari Jogja.
Ditambah aksesoris wayang dan keris sebagai pelengkapnya.
Wajahnya selalu tersenyum,ketika teman-temannya dari negaralain mulai penasaran tentang wayang maupun keris yang mereka bawa.
Merekapun menjawab pertanyaan sambil sesekali berpose ketikagurunya meminta selfie bersama.
Komunitas Indonesia terlihat berwarna sekali, karena satunegara namun memiliki baju tradisional berbeda-beda.
Tahun ini, sayapun ikut bermain angklung bersama orang tuakomunitas Indonesia.
Sedangkan anak-anak bernyanyi sambil menari kicir-kicir.
Meskipun tidak begitu sempurna namun kami selalu bangga bisamengenalkan budaya Indonesia di luar negeri.
Ada pertunjukan tarianflamenco dari Spanyol, tarian Bollywood India, alat musik Bagpipe dariScottlandia, accordion dari Perancis bahkan mencoba alat music Taiko dariJepang.
Seperti keliling dunia gratisan tiap kali harmony daydirayakan.
Bisa berbagi cerita tentang baju, budaya dengan oranglocalnya tanpa harus buang ongkos itu istimewa.
Hitung-hitung pemanasan sebelum pergi kenegara aslinya. Setalitiga uang, seperti itu perumpamaannya.
Beberapa tahun memperingati Harmony day ,ada tiga hal penting yang saya pelajari:
Pertama, identitas sebagai orang Indonesia itu tidak akanmudah tercerabut begitu saja meskipun kita sedang di negara asing. Bahkan, bisa jadi malah semakin menguat danmengkayakan batin dengan belajar dari kebudayaan lain.
Kedua, percepatan perubahan jaman yang salah satunya ditandaidengan maraknya media sosial sering kali menciptakan “hyper reality” ataurealitas yang berlebihan di dunia maya sehingga seringkali membuat kita lalaiterhadap pentingnya merawat dan menghargai budaya tradisional bangsa kita
Terakhir, tidakdipungkiri, iklim politik nasional seringkali menggiring kita menjadi kelompok masyarakat yang seolah-olah harusberlawanan dan tidak menjadikan perbedaan sebagai kekayaan untuk bisa salingbersinergi bersama.
Kemajuan teknologi dan globalisasi sudah merubah polamanusia berinteraksi.
Manusiapun dituntut untuk mampu beradaptasi dan membuka diriterhadap perbedaan, agar tidak mudah tersingkirkan.