Dalam episode “MY PRISON MY COLLEGE” ini saya akan bercerita dengan lebih detail karena sedapat mungkin saya ingin membawa Anda merasakan bagaimana suasana penjara (hehehe). Pada beberapa bagian mungkin saya akan mengadopsi gaya penulisan novel agar lebih mudah dalam penyampaiannya. Kisah selama saya menjalani kehidupan di penjara adalah termasuk yang paling banyak ingin diketahui orang. Apalagi ketika ada kejadian rusuh di Mako Brimob beberapa waktu yang lalu banyak tetangga dan kawan yang bertanya tentang bagaimana sih situasi dalam Rutan Mako Brimob di era saya dulu.
Episode ini juga nantinya akan merupakan episode dengan seri terbanyak, mengingat begitu banyak romantika dan kisah yang saya alami selama 3 tahun dan 4 bulan menjalani masa pidana sejak dari Mako Brimob hingga di Lapas Salemba Jakarta Pusat. Sebuah periode yang sebenarnya termasuk cukup singkat, tetapi merupakan yang paling berkesan dalam hidup saya. Penjara telah mengajarkan kepada saya banyak hal dan membuat jiwa saya semakin matang.
Baiklah… mari kita mulai kisahnya.
Semuanya berawal dari peristiwa penangkapan diri saya di sebuah kedai bakso di bilangan Jatipadang Pasar Minggu Jakarta Selatan. Sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan meskipun saya sudah menduga bahwa suatau saat nanti petualangan saya bisa jadi akan berakhir seperti ini. Pada saat itu saya sama sekali tidak merasa ada yang mengikuti saya atau orang-orang yang mencurigakan di sekitar saya. Padahal dalam beberapa hari sebelumnya saya merasa ada yang selalu mengikuti saya, di atm, di minimarket,dll. Dan juga ada orang yang selalu nongkrong di depan gang yang biasa saya lewati ketika keluar dari rumah kawan saya.
Tetapi pada peristiwa penangkapan itu saya benar-benar tidak merasa ada yang aneh. Ketika saya telah ditangkap barulah saya tahu sejak kapan mulai ada ketidakwajaran di warung bakso itu. Ketidakwajaran itu dimulai sejak setelah pembeli terakhir keluar dari warung itu tidak ada lagi pembeli yang datang. Saya sendirian di warung itu sampai selesai makan. Pas saya menenggak minuman dan membersihkan mulut dengan tissu, tiba-tiba masuk tiga orang pria muda bertopi dan berpenampilan seperti mahasiswa dengan menyandang tas selempang semua. Dua orang mengambil posisi duduk di meja di dekat pintu, dan satu orang duduk di samping kanan saya. Saya mengira mereka bertiga adalah orang yang mau beli bakso.
Saya kemudian berdiri untuk membayar tagihan ke arah kasir yang berada di sudut ruangan. Baru saja saya melangkah dua atau tiga langkah, tiba-tiba orang yang duduk di samping kanan saya ikut bangkit dan kemudian mendorong tubuh saya ke tembok dan menekan kepala saya ke tembok. Sejurus kemudian dua pria yang duduk di dekat pintu itu salah satunya dengan sigap memegangi tangan saya dan satunya lagi memakaikan kantung kain hitam ke kepala saya.
“Jangan melawan, kalau kamu melawan akan semakin sakit”, begitu bisik salah seorang yang sedang memakaikan borgol plastik ke tangan saya. Setelah selesai memasang borgol saya lalu diapit oleh dua orang yang membawa saya keluar ke arah kanan dari warung itu lalu saya dimasukkan ke dalam sebuah mobil yang cukup lapang ( saya rasa itu mobil semacam Isuzu ELF) karena saya bisa telungkup di atas jok nyaris tanpa menekuk kaki. Sesaat sebelum meninggalkan warung bakso saya masih sempat mendengar ada yang berkata : “ eh, bayar dulu baksonya”.
Sebuah penangkapan yang sangat singkat, tanpa perlawanan, dan tanpa ada senjata yang terlihat dikeluarkan. Luar biasa. Tidak sampai lima menit saya sudah berada di dalam mobil yang kemudian melaju entah kemana karena mata sudah tertutup. Selanjutnya saya mulai menjalani proses interogasi dan penyidikan awal selama 7 hari sebelum akhirnya saya dibawa ke Rutan Mako Brimob dan menandatangani surat penahanan.