Bersamaan dengan meredupnya MIT, di Syiria meletus revolusi bersenjata yang dilakukan oleh berbagai kelompok perlawanan rakyat Syiria melawan rezim Basyar As’ad yang telah belaku kejam dan represif kepada rakyatnya yang menuntut keadilan. Kondisi negara yang kacau karena maraknya aksi perlawanan bersenjata membuat para perindu jihad dari berbagai negara kemudian datang untuk ikut berjihad membantu rakyat Syiria –yang mayoritas ahlus sunnah- melawan kekejaman rezim Syiah Basyar As’ad.
Di forum-forum jihadi internasional banyak berseliweran postingan tentang jalannya pertempuran antara mujahidin dan tentara Syiria. Awalnya yang beredar hanyalah rilisan resmi Jabhatun Nushrah (JN), tetapi kemudian berkembang menjadi laporan pertempuran yang dilakukan oleh berbagai kelompok yang ada, meskipun yang membuat laporan tetap atas nama JN karena yang memiliki afiliasi dengan Al Qaedah. Sedangkan forum-forum jihadi yang ada hampir semuanya bermula dari ‘surat perintah’ dari Al Qaedah.
Dari laporan-laporan yang dirilis oleh JN itulah kami mengetahui sejarah pembentukan JN dan kelompok apa saja yang ikut berjuang di Syiria. JN berawal dari instruksi dari pimpinan pusat Al Qaedah yang meminta agar cabang mereka di Iraq yaitu Al Qaedah fie Biladil Rafidayn ( Al Qaedah di Negeri Dua Sungai ), yang kemudian berhasil mengusai sebuah wilayah di Iraq dan mendeklarasikan Islamic State of Iraq (ISI), agar mengirimkan pasukan untuk ikut berperang membela saudara-saudaranya di Syiria dengan bendera bernama Jabhatun Nushrah (Front Penolong).
Hari-hari itu di beranda Facebook saya –dan kawan-kawan aktivis jihadi lainnya- ramai dengan postingan-postingan video dan kabar dari pertempuran-pertempuran di Syiria. Hal ini membuat MIT agak tersisih untuk sementara. Dan saya melihat memang kecenderungan pada waktu itu kawan-kawan lebih nyaman ‘ngerumpi’ tentang pertempuran di Syiria daripada ‘ngerumpi’ tentang MIT. Mungkin kawan-kawan itu merasa isu Syiria adalah isu internasional dan merupakan sesuatu yang lazim diketahui banyak orang sehingga lebih nyaman ketika membicarakannya. Berbeda dengan MIT yang sudah punya ’trade merk’ sebagai musuh negara di mana mereka tinggal.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin banyaknya para pejuang asing yang bergabung dengan kelompok perlawanan di Syiria menimbulkan sebuah tren baru dalam penyebaran informasi tentang pertempuran dan situasi yang terjadi di Syiria. Tren baru itu adalah maraknya postingan di media sosial tentang situasi yang terjadi di sana yang dilakukan oleh individu yang sedang berada di sana, baik sebagai relawan kemanusiaan maupun sebagai petempur. Tapi yang paling banyak adalah postingan pribadi dari para petempur.
Ketika seorang petempur yang berasal dari sebuah negara memposting berita tentang dirinya dan apa yang ia saksikan di akun media sosialnya, maka hal ini akan memberikan dua dampak sekaligus bagi teman-temannya yang membaca postingan tsb.
Pertama, teman-teman di negaranya akan menganggap diri mereka memiliki sumber informasi paling akurat tentang konflik di Syiria, yaitu yang bersumber pada kawan mereka yang jadi petempur si Syiria itu.
Kedua, teman-temannya itu akan jadi memiliki peluang untuk ikut bergabung dengannya di Syiria menjadi petempur ataupun menjadi relawan kemanusiaan karena merasa memliki jalur masuk ke sana melalui dirinya.
Dua hal inilah yang menyebabkan arus kedatangan para pejuang asing ke Syiria semakin membludak. Beberapa orang kawan saya berangkat kesana pun berawal dari dua hal ini. Anda juga bisa menyaksikan hal ini pula yang terjadi pada Akbar Maulana –tokoh utama dalam Film Jihad Selfie- yang hampir saja bergabung dengan kawannya yang menjadi pejuang di Syiria. Dan ini terjadi sejak sebelum ISIS mendeklarasikan ‘khilafah’ versi mereka, bahkan sebelum ada deklarasi ISIS, karena pada masa itu masih memakai bendera JN.
(Bersambung, In sya Allah)