Pada periode pertama yang berlangsung pada 2002-2009 yang dimulai sejak bom Bali yang pertama (12-10-2002) dan berakhir pada bom JW Marriot-Ritz Carlton (17-07-2009), para pelaku memiliki satu kesamaan dalam setiap serangannya, yaitu kesamaan target. Semua targetnya adalah warga negara asing yang menjadi sekutu Amerika.
Alasan yang mendasari aksi Bom Bali -dan yang seterusnya di periode ini- adalah sebagai pembalasan yang setimpal atas kekejaman Amerika dan sekutunya atas kaum muslimin di Afghanistan, Iraq, Palestina, dll, sekaligus sebagai bentuk perlawanan kaum muslimin kepada Amerika dan sekutunya.
Awalnya sebenarnya yang menjadi target adalah Amerika dan warga negaranya. Tetapi karena Amerika memiliki banyak sekutu yang selalu mendukung apapun kebijakan Amerika yang merugikan umat Islam, maka sekutu-sekutunya itu pun boleh dijadikan target karena ternyata sulit untuk hanya mentargetkan Amerika –dan warganya- saja.
Mengapa Amerika dijadikan target ?
Karena menurut para pelaku Bom Bali, Amerika telah menduduki Jazirah Arab yang diharamkan atas orang kafir musyrik, juga menjadi aktor utama di balik embargo terhadap Afghanistan di era Taliban dan Iraq pasca perang Teluk, mendukung setiap tindakan Israel merampas hak tinggal dan hak hidup muslim Palestina, menyerang Afghanistan dengan ratusan ribu ton bom yang tentu saja tak kenal mana sipil mana militer, dan yang terakhir menyerang Iraq dengan cara yang sama.
Kekejaman Amerika itu harus dilawan dan dibalas untuk melegakan hati orang beriman. Begitu alasan yang dikemukakan oleh Imam Samudra dalam buku Aku Melawan Teroris.
Dijadikannya Amerika sebagai target ini juga menunjukkan bahwa para pelaku itu memiliki kesamaan pemikiran dengan Al Qaedah yang beberapa tahun sebelumnya telah mendeklarasikan ‘Front Perlawanan Internasional Melawan Yahudi dan Amerika’, di mana salah satu produk kebijakannya adalah keluarnya fatwa dari Syaikh Usamah-rhm- yang intinya tentang dibolehkannya menyerang warga Amerika di mana pun mereka berada. Al Qaedah menganggap Amerika adalah biang kerusakan di muka bumi, terutama kerusakan dan kekacauan di dunia Islam.
Bom Bali 1 (2002) dan Bom Bali 2 (2005), Bom JW Marriot (2003), Bom Kedubes Australia (2004), dan Bom JW Marriot-Ritz Carlton 2009, semuanya mentargetkan warga negara asing yang mana negaranya menjadi sekutu Amerika.
Kenapa tempat-tempat itu (Bali, Kedubes Autralia, Hotel JW Marriot, dan Ritz Carlton) dipilih untuk dijadikan target serangan ?
Semua itu terkait dengan kemampuan dan ketidakmampuan para pelaku. Tidak mampu menyerang Amerika (warga negaranya) secara homogen, maka dengan kemampuan yang ada dipilihlah Bali yang ada warga negara Amerika namun heterogen (bercampur) dengan warga negara asing dari negara-negara yang diasumsikan sebagai sekutu Amerika.
Tidak mampu menyerang kedubes Amerika, maka diseranglah kedubes Australia yang menjadi target utama setelah Amerika karena dukungan dan intervensinya dalam kasus Bom Bali. Tidak mampu menyerang kedubes Amerika, maka hotel yang dimiliki oleh orang Amerika pun bolehlah (JW Marriot dan Ritz Carlton).
Intinya, semua amaliyah (aksi) di periode ini adalah bertujuan menghukum dan membalas kekejaman dan kezhaliman yang dilakukan oleh Amerika dkk, sekaligus sebagai bentuk pembelaan terhadap kaum muslimin yang selama ini menjadi korban kekejaman dan kezhaliman yang dilakukan oleh Amerika dkk.
Dahulu, dengan narasi seperti ini yang didukung dengan kutipan ayat-ayat perang, saya sangat membenarkan pendapat atau jalan pikiran seperti ini. Tetapi setelah merenungkan dampak yang kemudian terjadi, saya mulai menyadari bahwa ada yang salah dengan eksperimen jihad yang kami lakukan.
Kami ingin membela Islam dan kaum muslimin dengan cara itu, tapi apakah kaum muslimin mengerti dengan cara perjuangan yang kami lakukan itu ?
Dengan adanya fakta jatuhnya korban dari kaum muslimin dalam setiap serangan yang terjadi yang kemudian menjadi antiklimaks dari narasi yang kami bangun bahwa kami memperjuangkan kaum muslimin adalah tak terbantahkan. Umat Islam mayoritas akan sulit memahami jalan perjuangan kami. yang ada justru mereka akan antipati terhadap jalan perjuangan kami.
Mungkin memang benar ada sebagian kecil umat Islam yang bisa mengerti ‘ijtihad’ kami pada waktu itu, tetapi apakah mereka bisa ‘mendakwahkan’ ijitihad kami agar umat bisa mengerti ? Kenyataannya yang terjadi kemudian adalah kami dijauhi kaum muslimin yang kami perjuangkan.
Belum lagi dampak terhadap apa yang telah dibangun oleh Jamaah Islamiyah di segala bidang selama ini, di mana JI menjadi terstigma sebagai organisasi pendukung dan pencetak ‘teroris’. Terlepas dari pro dan kontra terkait ijtihad para pelaku serangkaian ‘amaliyah’ itu, tetapi ini adalah sebuah kerugian. Ini adalah sebuah dampak negatif, baik bagi JI –yang paling dirugikan- secara khusus dan juga kaum muslimin secara umum.
Bagaimana mungkin memperjuangkan Islam dan kaum muslimin tetapi hasilnya malah dijauhi oleh kaum muslimin ?
Bersambung, In sya Allah