Tak lama setelah saya mulai bekerja sebagai teknisi komputer, saya mulai menerima tugas pertama saya dari Sang Tamu. Tugas itu adalah mencari orang untuk diberangkatkan ke kota tempat dia tinggal dengan tujuan untuk mulai program yang disebutnya sebagai “Pelatihan Gerilya Kota”, dan mencari orang yang siap mendukung program itu dari sisi pendanaan.
Pelatihan itu katanya meliputi cara bertahan hidup dan berkamuflase di tengah kota, melatih ketrampilan fisik, kontra intelijen, dan beberapa kemampuan militer lainnya. Yang mendasari ia merancang program tersebut adalah bahwa di masa depan umat Islam akan membutuhkan keahlian gerilya kota dalam menghadapi ancaman dari musuh yang menyerang. Intinya yang ia katakan kepada saya pada waktu itu ia ingin membuat pelatihan.
Dia memberi waktu selama sebulan, jika tidak mampu tidak mengapa, karena mungkin masih bisa membantu pada urusan yang lain. Jadi, itu mungkin juga merupakan tes bagi saya.
Pada waktu itu saya langsung terpikir untuk meminta bantuan Sang Senior, mengingat reputasinya sebagaimana yang pernah ia ceritakan kepada saya. Ketika saya sampaikan tentang adanya program itu, ia langsung menyambutnya dengan antusias.
“ In sya Allah ada banyak potensi orang-orang yang siap, tetapi harus saya pastikan dulu. Saya perlu mendatangi mereka satu per satu untuk menanyakannya. Nanti setelah dapat beberapa kandidatnya, baru saya ajak antum menemui mereka untuk menindaklanjutinya. Beri saya waktu 2-3 minggu”, begitu katanya dengan mantap.
Saya pun lega dan senang sekali karena mendapatkan partner kerja yang tepat dan bersemangat. Berarti saya tinggal menunggu kabar dari Sang Senior itu lalu melaporkannya kepada Sang Tamu.
Tidak sampai sebulan sejak saya menerima tugas itu, saya kemudian diajak oleh Sang Senior untuk menemui beberapa orang yang katanya siap diberangkatkan. Sebelum berangkat menemui orang-orang itu, Sang Tamu memberikan arahan agar nanti setelah memastikan kesiapan mereka, saya harus membuat program tindaklanjut yaitu menjalin ikatan dengan mereka dulu sebelum diberangkatkan atau dimintai infaq untuk keperluan program pelatihan itu, sekaligus untuk mengidentifikasi latar belakang mereka dan bakat mereka masing-masing.
Setelah memastikan siapa saja yang siap terlibat dalam program itu, sebagai program tindaklanjutnya saya dan Sang Senior lalu merancang kegiatan majelis ta’lim yang akan kami adakan bergantian dari rumah satu peserta ke rumah peserta yang lain yang berbeda daerah. Waktunya kami sepakati setiap dua pekan sekali di hari Ahad atau Sabtu malam Ahad.
Begitulah. Setiap dua pekan sekali saya melakukan perjalanan keluar kota bersama Sang Senior untuk mengikuti kegiatan majelis ta’lim itu. Di situlah saya dikenalkan dengan para kader dan simpatisan JI dari berbagai daerah yang sudah dikenal baik oleh Sang Senior. Hal ini adalah awal dari terhubungnya saya dengan jaringan yang lebih luas. Saya juga kemudian semakin sering mendengar cerita-cerita perjalanan dakwah dan pengkaderan JI di suatu daerah dengan segenap dinamikanya.
Beberapa bulan kemudian dimulailah pemberangkatan orang pertama. Sejak dimulainya pemberangkatan orang pertama itu saya lalu meminta ijin kepada Sang Tamu agar untuk urusan pemberangkatan selanjutnya diserahkan kepada Sang Senior. Saya ingin fokus di pekerjaan dulu mengingat saya baru saja mulai bekerja di tempat baru yang mana saya harus menunjukkan kinerja maksimal dulu. Selain itu saya juga harus fokus mengumpulkan bekal atau persiapan untuk kelahiran anak kedua saya.
Hal ini kemudian disetujui oleh Sang Tamu, tetapi saya masih diberi tugas untuk tetap menjaga hubungan dengan teman-teman di mIRC yang sudah saya verifikasi dengan melakukan kopdar dengannya. Karena menurutnya di kemudian hari kami butuh support orang yang mengerti IT, khususnya yang bisa membuatkan sebuah server mIRC pribadi sebagai jalur komunikasi kami nantinya.
(Bersambung, In sya Allah)