Serial Angin Bercerita : KISAH SEBUAH NEGERI

Other

by Arif Budi Setyawan

Perkenankan aku untuk menceritakan tentang keadaan sebuah negeri yang dahulu dipuja-puja bangsa lain seperti sekuntum bunga yang diperebutkan oleh kumbang dan kupu-kupu.

Negeri itu sangat subur, sangat kaya, dan sangat indah. Tapi karena buruknya budi pekerti Sang Raja dan para pembesar-pembesar kerajaan beserta para pembantu dan pendukungnya, negeri itu tak kunjung mencapai kemakmuran yang bisa dirasakan oleh seluruh penduduknya.

Budaya korupsi, menjual kekayaan negeri untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, membuat kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang tapi menyusahkan rakyat, sudah sedemikian parah membuai Sang Raja dan para pembesar-pembesar kerajaan beserta para pembantu dan pendukungnya.

Setelah sekian lama berada dalam kondisi yang tak kunjung membaik, akhirnya rakyat negeri itu mulai sadar bahwa solusinya adalah dengan menciptakan generasi yang lebih baik dari generasi sekarang. Mereka kemudian rajin memperdalam ilmu dengan menghadiri majlis-majlis ilmu yang diajar oleh para cerdik cendekia yang masih amanah dalam menyampaikan ilmu yang benar.

Lambat laun rakyat di negeri itu menjadi semakin pintar. Banyak kemudian terjadi fenomena ‘hijrah’ pada banyak orang termasuk para tokoh masyarakat yang tadinya silau dengan gemerlapnya dunia sehingga terjerumus dalam kehidupan yang hedonis materialistis. Ramai-ramai mereka meninggalkan kehidupan lamanya yang kemudian membuat banyak orang heran dengan keputusan mereka.

Pada tahap selanjutnya, masyarakat awam pun ingin mencari tahu apa yang menyebabkan para tokoh masyarakat itu ‘berhijrah’. Setelah tahu, banyak masyarakat yang terinspirasi dari ‘hijrah’ mereka itu, termasuk para preman, anak-anak muda yang tadinya nakal, dan bahkan para pelaku kriminal.

Fenomena baik ini rupa-rupanya merisaukan Sang Raja dan para pendukungnya. Mereka khawatir jika rakyat semakin cerdas, mereka akan tahu sumber kebusukan dan kerusakan yang telah diperbuat oleh rezim Sang Raja. Setelah mengetahuinya, rakyat bisa saja melakukan revolusi menggulingkan Sang Raja bersama para cerdik cendekia yang masih lurus dan lebih dipercayai rakyat ketimbang Rajanya.

Para pendukung Raja lalu mulai bertindak dengan memprovokasi orang-orang awam, menyampaikan  bahwa fenomena hijrah dan majlis-majlis ilmu para cerdik cendekia itu bisa melahirkan pemahaman radikal yang membahayakan keutuhan negara. Mereka menyampaikan bahwa para cerdik cendekia itu akan menghasut para peserta majlis ilmunya untuk membenci Raja. Hingga sempat terjadi beberapa aksi penolakan diadakannya masjlis ilmu di beberapa tempat.

Padahal yang diajarkan para cerdik cendekia itu adalah soal akhlaq, tentang mana yang benar dan mana yang salah. Memang mungkin kebetulan rezim Sang Raja banyak salahnya, sehingga terkesan seperti ajakan membenci Raja. Sebenarnya jika Sang Raja kemudian mengambil sikap merubah kebijakannya yang salah dan mau mengakui bahwa memang ada yang salah dalam kepemimpinannya lalu menunjukkan bukti usahanya untuk memperbaiki diri, rakyat juga akan menerimanya dan akan tetap menghargainya.

Tetapi ulah para pendukungnya yang sudah terbiasa hidup nyaman dan berkecukupan dengan jalan  menjadi pendukung Sang Raja menjadi kontra produktif yang justru semakin membuat sebagian rakyatnya membenci Sang Raja. Para pendukung Sang Raja ini mungkin takut Rajanya digulingkan oleh rakyatnya dan terlanjur nyaman sehingga takut kehilangan kenyamanannya.

Padahal jika para pendukung Raja ini mengikuti arus yang terjadi di masyarakat, dan memberi masukan dan dukungan kepada Sang Raja untuk mengubah kebijakannya yang terbukti salah, mereka akan menjadi pahlawan bagi rakyat di negeri itu.

Ah…mengapa aku jadi ikutan risau akan kondisi rakyat di negeri itu ? Aku hanyalah angin yang harus selalu berhembus dari satu tempat ke tempat yang lain. Aku tidak punya urusan dengan negeri itu. Mengubah kondisi negeri itu menjadi kewajiban semua orang yang tinggal di negeri itu. Sedangkan aku mungkin hanya akan menjadi saksi dari perubahan-perubahan yang terjadi di negeri itu dan membawa ceritanya ke belahan bumi yang lain atau kepada generasi selanjutnya.

Komentar

Tulis Komentar