WAMAMA SEMARANG: Ajang Kumpul Teman, Ikan Urusan Belakangan

Other

by Eka Setiawan

 

Bagi wartawan di Kota Semarang, aktivitas memancing sudah sangat lekat selain tentu saja liputan. Karena di kota ini, para wartawan membentuk komunitas bernama Wamama, akronim dari wartawan mancing mania.

Anggotanya para pewarta di Kota Semarang, selain pula ada beberapa dari mereka yang bertugas di luar Semarang, semisal; Demak, Kendal, Grobogan, Pati hingga Kudus. Wamama adalah ajang untuk saling kenal, menambah pertemanan sekaligus ajang reuni.

Untuk yang terakhir ini, dikarenakan wartawan seringkali secara mendadak dipindah tugas liputan. Nah, gelaran memancing bersama inilah, salah satu ajang yang bisa digunakan menjadi semacam tempat reuni bagi mereka. Event ini juga kerap digunakan sebagai ajang berbagi, sebab aksi-aksi bakti sosial juga dilakukan bersamaan dengan lomba.

Komunitas Wamama Semarang ini sering menggelar lomba mancing. Pesertanya tentu saja, sebagian besar wartawan, selain juga kadang diikuti oleh mereka yang di luar wartawan. Bisa pejabat ataupun kerabat dekat.

Tapi seringkali mereka yang dari luar wartawan datang ikut lomba hanya sebagai peserta undangan saja, kadang cuma melempar kail untuk kali pertama sebagai penanda dimulainya lomba.

Lantas bagaimana jika ketika lomba digelar lalu tiba-tiba ada peristiwa yang harus segera diliput? Tentu saja mereka-mereka yang tidak libur akan bubar ketika lomba digelar. Runtutannya hampir sama; joran diletakkan, tas ransel berisi perkakas liputan disambar, dan segera menuju lokasi liputan.

Hal ini, salah satunya terjadi saat digelar lomba pada Sabtu (19/7/2014) silam di Pemancingan Baron, Kota Semarang. Lokasi itu adalah tambak luas berisi ikan bandeng. Saat itu Ramadan.

Eventnya bertajuk Wamama Mancing Bareng Gubernur Jateng. Pesertanya total 95 orang, terdiri 85 wartawan baik cetak maupun elektronik dan 10 orang adalah Ganjar Pranowo si gubernur beserta rombongannya.

Lomba mancing itu berlangsung 2 jam, mulai pukul 14.00 – 16.00. Jam yang bagi sebagian wartawan merupakan saat mengetik berita karena menjelang deadline. Itu berlaku bagi wartawan yang bertugas alias tidak libur Sabtu itu.

Walau lomba digelar pukul 14.00, ada kewajiban registrasi peserta pada pukul 12.00 – 13.00, kemudian dilanjutkan technical meeting yang salah satunya berisi sosialisasi peraturan lomba. Rata-rata, mereka datang sebelum itu.

Maklum, kumpul-kumpul apalagi gelaran lomba mancing adalah hal yang menyenangkan. Jadi para wartawan ini banyak yang datang lebih awal. Selain membawa joran, ransel berisi perkakas liputan tetap di punggung.

Seperti biasa, smartphone tak lepas dari genggaman. Karena di situlah ada grup-grup untuk berbagi informasi, dari grup informasi kejahatan hingga hiburan. Ketika itulah, notifikasi grup berbunyi.

Informasinya tentang penggerebekan oleh aparat kepolisian terhadap 33 warga negara asing (WNA) yang diduga kuat melakukan kejahatan online. TKPnya di daerah Papandayan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.

Sontak, notifikasi itu membikin beberapa wartawan panik, khususnya mereka yang membidangi liputan itu. Satu sisi sudah ingin memancing, satu sisi ada tugas yang tak harus ditinggal.

Akhirnya setelah saling tatap karena menerima informasi yang sama, beberapa dari mereka berhamburan menuju lokasi kejadian. Joran ditinggal demi liputan. Selesai bertugas, meski telat, mereka tetap kembali ke lokasi lomba.

Lepas dari itu semua, memancing tetaplah menyenangkan. Ya meskipun sedang berpuasa dan memancing saat cuaca terik, apalagi bagi peserta yang mendapat lapak undi menatap matahari, toh mereka tetap terus bercanda.

Semangat peserta memang patut diacungi jempol, untuk berlomba – lomba mendapatkan ikan bandeng di pemancingan itu. Salah satunya, Radjiv wartawan Cakra Semarang TV.  Sudah lewat pukul 14.00, Radjiv masih bingung memasang pancing. Maklum, dia langsung membeli peralatan pancing beberapa saat menjelang lomba.

Radjiv tampak kesulitan bagaimana memasang stopper, kail, maupun reel. Beberapakali dia bertanya kepada Adenyar Wicaksono wartawan Radar Semarang, yang memancing di dekatnya, bagaimana memasangnya.  Satu jam berlalu peralatan pancing Radjiv baru benar – benar siap digunakan.

“Akhirnya lempar kail,” kata dia.

Radjiv tampak kegirangan ketika kailnya disambar ikan. Namun, begitu ikan hendak ditarik, terlepas. Sontak, semua yang didekatnya tertawa lepas.

“Duh Maak, piye ki. Nembe arep entuk siji, malah ucul. (Aduh Bu, bagaimana ini. Baru mau dapat satu, malah lepas),” kata dia sembari terkekeh.

Rata-rata, ketika lomba lebih banyak bercandanya. Menang kalah, urusan belakang. Yang penting sportif dan kumpul-kumpul teman. Fun, friend, fish seperti itulah jargon mereka. Yang penting senang, kumpul teman, dapat tidak dapat ikan urusan belakangan.

 

Sumber foto: http://beritajateng.net/wp-content/uploads/2015/03/IMG_5086-640x427.jpg

Komunitas Wartawan Mancing Mania (Wamama) Semarang.

 

 

Komentar

Tulis Komentar