Semarang Nol Kilometer

Other

by Eka Setiawan

 

Titik Nol Kilometer di suatu tempat, entah itu kota atau negara, seringkali digunakan sebagai penanda lokasi itu adalah pusat kota atau lokasi di mana jarak ke tempat lain diukur seberapa jauh dari titik tersebut.

Masing-masing punya penanda sendiri, misalnya; berbentuk lempengan besi yang dipasang di jalan atau berbentuk tugu. Lokasi ini juga kerap digunakan sebagai titik awal atau ujung penomoran bangunan.

Seperti yang ada di Kota Semarang, kota yang usianya sudah 471 tahun, Titik Nol Kilometer di kota ini ditandai dengan adanya bangunan mungil berbentuk tugu. Lokasinya? Mungkin orang bisa saja menerka; Simpanglima atau Kawasan Tugu Muda karena dianggap titik keramaian.

Tapi ternyata titik nol itu bukan di sana. Titik Nol Kilometer Semarang justru berada dalam kesunyian, di mana kawasan itu setidaknya hanya ramai pada momen-momen tertentu saja semisal perayaan pergantian tahun. Kalau tak ada acara, bisa jadi orang akan sulit menemukan dengan tepat di mana penanda titik nol itu berada.

Nah, lokasi Titik Nol Kilometer Semarang ini berada di ujung Jalan Pemuda. Tugu dibangun di sebuah taman kecil yang diapit jalan. Di kanan kirinya ada bangunan besar, yakni Gedung Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) Provinsi Jawa Tengah dan Gedung Keuangan Negara (GKN) Semarang. Di sisi selatan titik itu juga berdiri megah Kantor Pos Besar Semarang, yang hingga kini tetap sibuk beroperasi.

Salah satu perempuan penjual angkringan yang saya temui beberapa waktu lalu, tidak tahu kalau tugu di depannya itu adalah Titik Nol Kilometer. “Saya malah tidak tahu Mas, memang sih biasanya banyak anak-anak muda sering foto-foto di dekat situ, ada yang usap-usap tugunya, tapi saya tidak tahu itu apa maksudnya,” kata dia.

Pencerita Sejarah Semarang, Jongkie Tio, menyebut Titik Nol Kilometer ini, selain jadi patokan mengukur jarak, juga merupakan tanda bahwa lokasi tersebut adalah pusat kota.

Penanda bahwa di dekat titik itu adalah pusat kota adalah di dekatnya terdapat pasar, masjid agung ataupun alun-alun. Meski saat ini di Semarang alun-alun sudah hilang, berubah jadi pusat perbelanjaan: Yaik dan Kanjengan, kawasan Johar.

Di sana pula, sampai sekarang masih berdiri gagah Masjid Agung Semarang, yang lokasinya di sebelah barat Titik Nol Kilometer Semarang ini. Jaraknya tak terlalu jauh.

Di dekat titik nol ini pula ada sungai besar yang juga punya cerita panjang. Namanya Kali Berok, terkenal dengan sebutan Jembatan Berok, yang kini mulai bersolek dengan warna oranyenya, seperti sebuah gerbang memasuki kawasan Kota Lama Semarang.

“Pada masa masanya, kawasan ini jadi urat nadi perdagangan, melalui Pelabuhan Semarang berdampingan dengan kawasan Kota Lama. Seperti sebutan Venesia Timur bagi Semarang, yang mengacu bahwa Kali Berok dulu dijadikan sungai transportasi yang ramai kegiatan perdagangan, kapal-kapal barang bisa masuk kota melalui sungai ini,” kata dia saat ditemui beberapa waktu lalu.

Walaupun sekarang kali itu sudah tidak bisa lagi dilalui kapal karena salah satunya persoalan sedimentasi, kawasan itu tetap saja menarik. Gedung-gedung tua di sekitarnya punya cerita masa lampau tersendiri.

Pun juga titik nol ini jadi penanda, pusat kota pernah ada di situ. Tugu penandanya sampai saat ini tetap berdiri, menyimpan segala ceritanya.

 

FOTO EKA SETIAWAN

Tugu Nol Kilometer Semarang di ujung Jalan Pemuda.

 

 

Komentar

Tulis Komentar