Melanglang ke Singapura untuk 'Pengantin'

Other

by Rizka Nurul

Pada 24 Juni 2018, saya ditugaskan oleh Prasasti Production untuk melakukan riset awal ke Singapura. Riset awal tersebut akan dilakukan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura jam 12.00 waktu Singapura. KBRI mengundang 14 orang perwakilan asosiasi Buruh Migran di Singapura.


Saya harus bersiap sejak jam 4 pagi di Bandara Soekarno Hatta mengingat penerbangan jam 6:15. Penerbangan terpagi yang pernah saya lakukan.


Sampai di Singapura, Saya mampir ke Lucky Plaza di Singapura yang telah ramai oleh wajah melayu. Lucky Plaza merupaka tempat berkumpulnya Pekerja Migran Indonesia, Filipina dan Malaysia apabila hari libur. Mereka biasanya menghabiskan waktu disana untuk membeli kebutuhan pribadi sehari-hari selama seminggu ke depan termasuk pakaian.


Setelah berjalan di Lucky Plaza, saya berjalan menuju KBRI Singapura. Nia, seorang local staff KBRI menemani saya ke ruangan showcase KBRI dimana telah berkumpul Pekerja Migran disana.


Acara langsung kami mulai dengan diskusi mengenai beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Salah satunya adalah alasan mereka bekerja menjadi Pekerja Migran.


"Saya menjadi Pekerja Migran karena dulu saya cerai sama suami saya. Saya mau move on." Ujar seorang Pekerja Migran yang tak mau disebutkan namanya.


Seseorang lain juga berbagi cerita, "Saya tuh dulu tinggal lama di Malaysia, suami saya orang Malaysia keturunan Chinese. Dulu saya kabur dari Indonesia waktu 1998 karena suaminya saya dikejar-kejar orang-orang. Kami trauma. Sekarang bekerja di Singapura, jadi saya juga bekerja di Singapura."


Cerita yang lainnya juga menurut saya menarik, muncul dari seorang ibu asal Kediri. "Saya mau anak saya jadi sarjana. Kalau di kampung, saya gak bisa dapat gaji sebanyak disini, makanya saya kerja jadi TKI, gak apa-apa. Alhamdulillah dua anak saya sudah jadi sarjana."


Perjuangan Pekerja Migran tidaklah mudah. Atas nama sebuah perjuangan, mereka melewati segala rintangan demi yang dikasihi di kampung halaman. "Harus mau berkorban, mba" katanya.


Meski menjadi Pekerja Migran sering kali menjadi alternatif, namun lagi-lagi keringat itu ikhlas bercucuran untuk impian. Hal ini juga pernah dirasakan oleh Ika, Dian dan Fatma. Kisah ketiganya sempat saya ceritakan dalam film Pengantin yang dilaunching pada 1 Juli 2018 di KBRI Singapura.


Ini cerita singkat perjalanan saya ke Singapura!

http://youtu.be/uCrYcqKv89c

Komentar

Tulis Komentar