Dari Jihad Selfie Sampai Juara Badminton di Turki

Other

by Eka Setiawan

Oleh Eka Setiawan

 

Karakter utama film dokumenter Jihad Selfie, Teuku Akbar Maulana,19, mengukir prestasi membanggakan di Turki. Remaja asal Aceh itu menyabet Juara 1 Turnamen Badminton Tingkat Nasional Antar Universitas di Turki.

Akbar yang tercatat sebagai mahasiswa semester 1 Jurusan Hubungan Internasional Erciyes University, Turki, berhasil mengalahkan puluhan peserta dari berbagai universitas di sana. Saat final, Akbar mengalahkan mantan juara badminton wilayah Balkan dari Universitas Osman Gazi Turki.

“Saya sempat kewalahan saat pertandingan, juga sempat melawan peserta dari Indonesia. Alhamdulillah menang,” kata Akbar, Kamis (29/3/2018) dini hari.

Akbar mengisahkan, turnamen badminton itu digelar secara marathon mulai Jumat 16 Maret 2018 hingga Rabu 21 Maret 2018. Turnamen digelar di Kota Antalya, Provinsi Antalya, Turki. Turnamen diikuti para peserta dari sekira 30 universitas di negeri bekas Kekaisaran Ottoman itu berdiri.

“Mainnya banyak banget, sehari bisa 8 kali main,” lanjutnya.

[caption id="attachment_102" align="alignnone" width="720"] Akbar di Turki setelah kemenangannya di Turnamen Badminton[/caption]

Akbar yang mengidolakan atlet badminton nasional Muhammad Ahsan dan Kevin Sanjaya ini melanjutkan, dirinya mengaku baru pertama kali mengikuti turnamen badminton di Turki.

Turnamen itu diakuinya berat. Beberapa sebab di antaranya; selain karena menghadapi lawan-lawan tangguh termasuk mereka yang berstatus atlet nasional, juga soal harus pintar-pintar menjaga stamina.

Turnamen itu juga digelar di sela-sela kuliah dan aktivitas lainnya yang padat. Apalagi menjelang ujian tengah semester. Akbar tidak mau pendidikannya jadi terbengkalai karena turnamen ini. Sebab itulah, Akbar harus pintar-pintar membagi waktu, antara latihan untuk persiapan lomba juga terus belajar untuk menghadapi ujian pendidikan yang ditempuhnya.

“Semester 1 juara 1 (badminton), jangan nanti semester 2 juara 2 he he he. Terus berjuang mempertahankan. Yang penting menyeimbangkan antara pendidikan dan olahraga juga,” sambungnya.

Akbar bersyukur dengan prestasi yang diukirnya ini. Dari awalnya hanya badminton kampung, tak menyangka bisa mengukir prestasi di luar negeri.

Dia mengenang, sempat mulai main badminton sejak kelas 5 hingga 6 SD di Aceh saat masa kecilnya. Saat SMP, dia masuk pesantren. Sempat ingin menekuni hobi badmintonnya, tapi niat itu diurungkan. Sebab, orang tuanya meminta Akbar lebih fokus ke pendidikan. Akbar menurut.

“Baru 1 tahun – 2 tahun ini mulai main (badminton) kembali,” ungkap Akbar.

Akbar lahir di Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, pada 19 Juli 1998. Dia pernah bersekolah di TK Aisyiyah Abdya (2002 – 2004), SD Center Blangpidie Abdya (2004-2010), SMP sekaligus nyantri di SMP Islam YPUI Darul Ulum Jambo Tape – Banda Aceh (2010 – 2013).

Saat SMA, di bersekolah di International Şehit Ömer Halisdemir Anadolu High School (Uluslararası Şehit Ömer Halisdemir Anadolu Imam Hatip Lisesi), Kayseri, Turkey (2013-2017) atas beasiswa Turkey Diyanet Fondation Full Scholarship, İmam Hatip adalah sekolah alumni tempatnya Presiden Turki Recep Thayyip Erdoğan pernah bersekolah.

Selanjutnya, Akbar sedang melanjutkan S1 di Department of International Relations Faculty of Economy and Administrative Science in Erciyes University, Kayseri, Turkey atas beasiswa YTB (YABANCI TURK BURSLARI) dari pemerintahan Recep Thayyip Erdoğan.

Akbar juga punya segudang prestasi. Sempat menyabet The Best Student in  Cesaret Yarışması (Bravery Competition) Kayseri, Turki pada 2017.

Beberapa prestasi lainnya; Juara 2 dan 3 Tingkat SMA International Arabic Competition se Asia, Juara 2 dan 3 Eurolmpique di Paris, Juara 3 Tingkat SMA International Arabic Competition se Asia, Juara Bulu Tangkis di Aceh, Juara Pidato Bahasa Arab tingkat SMP se Banda Aceh, Aceh Besar, Juara 1 Lomba Menulis Esai di Kayseri, Turki, Juara Baca Puisi di sekolah, Juara 2 cipta puisi tentang Tsunami se Aceh, Juara 3 Lomba Bercerita Pahlawan se Aceh.

Akbar juga tercatat menulis buku berjudul Boys Beyond The Light bersama Astrid Tito, juga salah satu penulis buku berjudul The Red White bersama pelajar lainnya.

Sementara itu, aktivis kemanusiaan sekaligus sutradara film Jihad Selfie, Noor Huda Ismail, mengaku bangga dengan prestasi yang diukir Akbar. Setidaknya, prestasi yang disabet Akbar jadi bukti bagaimana kesempatan ke dua begitu penting diberikan.

“Menjembatani tanpa prasangka itu penting dilakukan, memberikan kesempatan ke dua. Contohnya si Akbar ini, dulu sempat nyaris menyeberang ke Suriah bergabung kelompok radikal ISIS, ternyata sekarang bisa lanjut S1 dapat beasiswa dan kembali mengukir prestasi,” kata Huda.

Sebelumnya, Huda tanpa sengaja bertemu dengan Akbar di sebuah warung kebab di Kayseri, Turki, sekira 3 tahun yang lalu. Akbar yang saat itu terlihat galau, didekati Huda dan diajak mengobrol. Tak disangka, Akbar di sana ternyata sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya ke Suriah untuk bergabung ISIS.

Akbar tertarik bergabung hanya karena persoalan sederhana. Teman satu asramanya asal Indonesia di Turki, Yazid, sudah lebih dulu menyeberang ke Suriah bergabung ISIS. Yazid sempat memposting fotonya menenteng senjata api laras panjang AK47 di depan bendera ISIS.

Akbar yang saat itu galau, terusik jiwa mudanya, ingin menjadi seperti Yazid. Akbar saat itu punya pandangan, laki-laki muda menenteng senjata api laras panjang adalah keren.

Setelah bercerita dengan Huda, berkomunikasi intens, lalu menyesal saat ingat ke dua orang tuanya di Aceh, Akbar akhirnya mengurungkan niatnya bergabung ISIS. Berangkat dari sinilah akhirnya film dokumenter Jihad Selfie dibuat.

“Ini juga bisa jadi cara alternatif menyelesaikan kekerasan, memberikan hidup baru bagi mereka yang sempat tergelincir radikalisme,” tutup Huda.

Komentar

Tulis Komentar